Ekonomi Tiongkok menghadapi semakin banyak "ketidakpastian" di lanskap ekonomi internasional, hal ini ditambah dengan angka permintaan domestik yang kurang dan menurun, kata seorang pejabat tinggi pada hari Kamis, saat Beijing berjanji untuk meningkatkan pengeluaran dan memangkas suku bunga guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang lesu.
Beijing menetapkan target pertumbuhan tahunan yang ambisius sekitar lima persen minggu ini, dengan berjanji menjadikan permintaan domestik sebagai penggerak utama ekonominya karena perang dagang yang sedang meningkat dengan Amerika Serikat memukul di bidang ekspor.
Presiden AS Donald Trump memberlakukan lebih banyak tarif menyeluruh pada impor Tiongkok minggu ini, setelah langkah serupa bulan lalu.
Namun, Tiongkok memiliki "keyakinan penuh" bahwa mereka dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun ini, kata Zheng Shanjie, Ketua Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional Tiongkok, dalam sebuah konferensi pers.
"Kami memiliki dukungan dasar dan jaminan untuk mencapai target pertumbuhan tahun ini sekitar lima persen," kata Zheng, perencana ekonomi utama Beijing, seraya menambahkan bahwa ia memiliki "keyakinan penuh akan hal ini."
Berbicara di sela-sela pertemuan politik tahunan "Two Sessions" di Beijing, Zheng mengakui bahwa "ketidakpastian di faktor eksternal semakin meningkat."
"Kami juga menghadapi beberapa masalah seperti permintaan domestik yang kurang memadai, kesulitan produksi dan operasi di beberapa industri dan perusahaan," katanya.
"Namun, kami merasa bahwa kesulitan dan tantangan ini sedang dalam proses perkembangan dan kemajuan, dan semuanya dapat diatasi dan diselesaikan," tambah Zheng.
Mengeluarkan untuk ekspansi
Presiden bank sentral Tiongkok Pan Gongsheng mengatakan pada hari Kamis bahwa negara tersebut akan memangkas suku bunga lebih lanjut tahun ini "sesuai kebutuhan, berdasarkan situasi ekonomi dan keuangan domestik dan internasional."
Bank sentral Beijing memangkas dua suku bunga utama ke level terendah dalam sejarah pada bulan Oktober.
Menteri Keuangan Lan Fo'an berjanji pada hari Kamis untuk "lebih memperluas" pengeluaran kebijakan fiskal di tahun 2025.
Hal itu, katanya, akan mendorong "perkembangan ekonomi dan masyarakat yang berkelanjutan dan lebih sehat."
Ekonomi terbesar kedua di dunia ini telah berjuang untuk bangkit kembali sejak pandemi Covid-19, konsumsi domestik melemah dan krisis utang yang terus-menerus di sektor properti yang luas terus membebani proses tersebut.
Pemberlakuan tarif terbaru oleh Trump telah menambah hambatan yang dihadapi Tiongkok.
Tarif tersebut diperkirakan akan mempengaruhi perdagangan senilai ratusan miliar dolar antara dua ekonomi terbesar di dunia.
Beijing telah menyatakan akan mengambil langkah dan tindakani pada hari Selasa sebagai balasan atas kenaikan tarif terbaru Washington dan berjanji akan melawan perang dagang walau akan berakhir dengan "akhir yang pahit."
Langkah-langkah tersebut akan membuat Tiongkok memberlakukan tarif hingga 15 persen pada berbagai produk pertanian AS termasuk kedelai, daging babi, dan gandum mulai awal minggu depan.