DUNIA
3 menit membaca
Serangan Rusia di Sumy tewaskan 32 orang, Ukraina desak tekanan pada Moskow
Rusia menuduh Ukraina melanggar moratorium serangan terhadap infrastruktur energi, meski kedua belah pihak saling tuding atas pelanggaran kesepakatan tersebut.
Serangan Rusia di Sumy tewaskan 32 orang, Ukraina desak tekanan pada Moskow
Akibat serangan rudal Rusia di Sumy. / Reuters
14 April 2025

Sedikitnya 32 orang, termasuk dua anak-anak, tewas dalam serangan rudal Rusia di kota Sumy, Ukraina timur laut, menurut pernyataan dari Kiev. Serangan ini disebut sebagai salah satu yang paling mematikan dalam beberapa bulan terakhir.

Layanan darurat setempat menyatakan pada Minggu bahwa “32 orang tewas, termasuk dua anak-anak,” dan “84 orang terluka, termasuk 10 anak-anak.” Seorang reporter AFP menyaksikan jenazah yang ditutupi kain perak berserakan di jalanan pusat kota, sementara bus troli tampak hancur dan tim penyelamat masih bekerja di antara reruntuhan.

“Saya mendengar dua ledakan. Yang kedua... banyak orang terluka parah. Banyak jenazah,” ujar seorang warga kepada AFP dengan suara bergetar.

Sumy, yang terletak dekat perbatasan Rusia, mengalami peningkatan intensitas serangan dalam beberapa pekan terakhir. Ini menjadi serangan kedua Rusia bulan ini dengan korban sipil dalam jumlah besar.

Tidak ada tekanan, tidak ada kedamaian

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan dalam pernyataannya di platform X bahwa operasi penyelamatan masih berlangsung dan semua layanan darurat telah dikerahkan ke lokasi.

Zelenskyy kembali menyerukan kepada para sekutu untuk memberikan tekanan maksimal kepada Moskow guna mengakhiri perang. “Tanpa tekanan yang benar-benar kuat, tanpa dukungan yang memadai, Rusia akan terus memperpanjang perang ini. Sudah dua bulan sejak Putin mengabaikan usulan gencatan senjata penuh dari Amerika Serikat,” ujarnya.

“Tanpa tekanan terhadap Rusia, perdamaian tidak akan tercapai. Negosiasi tidak akan menghentikan rudal balistik dan bom udara,” tambahnya.

Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha juga menyampaikan bahwa Kiev telah menerima tawaran gencatan senjata tanpa syarat pada 11 Maret lalu, namun Rusia menolaknya dua bulan berturut-turut.

“Sebaliknya, Rusia justru meningkatkan aksi terornya. Kami menyerukan kepada para mitra untuk memperkuat sistem pertahanan udara Ukraina dan meningkatkan tekanan terhadap Moskow,” ujar Sybiha. “Kekuatan adalah satu-satunya bahasa yang dipahami oleh Rusia.”

Otoritas Rusia belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai serangan ini maupun tuduhan yang dilayangkan oleh Kiev.

Rusia menuduh Ukraina

Pada hari yang sama, Rusia menuduh Ukraina melanggar moratorium yang disepakati bulan lalu mengenai serangan terhadap infrastruktur energi masing-masing negara. Moskow mengklaim dua fasilitas energi di wilayah perbatasan Belgorod diserang dalam 24 jam terakhir.

Pada 18 Maret, Amerika Serikat menjadi penengah dalam dua kesepakatan antara Rusia dan Ukraina: satu terkait “navigasi aman” di Laut Hitam, dan satu lagi penghentian serangan terhadap infrastruktur energi selama 30 hari. Kesepakatan ini dicapai dalam pembicaraan di Arab Saudi.

Meski demikian, kedua pihak terus saling menuduh melanggar perjanjian tersebut.

Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa jalur listrik tegangan tinggi di wilayah perbatasan rusak akibat serangan pada Jumat malam, menyebabkan lebih dari 600 pelanggan rumah tangga di Distrik Shebekinsky kehilangan pasokan listrik. Klaim lain menyebut desa Stepnoye juga terdampak serangan serupa.

Pihak Ukraina belum memberikan tanggapan terhadap tuduhan tersebut.

SUMBER:AA
Lihat sekilas tentang TRT Global. Bagikan umpan balik Anda!
Contact us