Dunia
2 menit membaca
China tambah anggaran pertahanan di tengah persaingan dengan AS dan ketegangan dengan Taiwan
China akan menambah Anggaran militer menjadi $245,7 miliar pada tahun 2025 untuk memperkuat kemampuan pertahanannya, memperdalam persaingan strategis dengan AS, dan menegaskan sikapnya terhadap Taiwan sesuai "peraturan dan keadilan internasional".
China tambah anggaran pertahanan di tengah persaingan dengan AS dan ketegangan dengan Taiwan
Beijing terus memodernisasi bidang pertahanan di tengah persaingan dengan AS.
5 Maret 2025

Anggaran pengeluaran untuk bidang pertahanan China akan meningkat sebesar 7,2 persen pada tahun 2025, sama seperti tahun lalu, menurut dokumen resmi yang dilihat oleh AFP pada hari Rabu.

Kenaikan ini terjadi karena  modernisasi yang rapid pada angkatan bersenjata Beijing dan persaingan strategis yang semakin mendalam dengan Amerika Serikat. China merupakan negara yang memiliki anggaran militer terbesar kedua di dunia, tetapi anggaran ini masih jauh tertinggal di belakang Amerika Serikat, yang merupakan saingan strategis utamanya.

Beijing akan menghabiskan 1,78 triliun yuan (setara $245,7 miliar) dibidang pertahanan tahun ini — masih kurang dari sepertiga anggaran milik  Washington, menurut sebuah laporan pemerintah. Anggaran militer China telah meningkat selama beberapa dekade seiring dengan meningkatnya perkembangan ekonomi negara tersebut.

Kenaikan anggaran pertahanan baru ini mencerminkan meningkatnya kehadiran regional China dan kebijakan penyatuannya dengan Taiwan.

Unifikasi dengan Taiwan

Beijing menyatakan pada hari Rabu bahwa pihaknya akan "dengan tegas mendorong" upaya penyatuan dengan Taiwan. Menurut laporan kerja pemerintah yang diajukan ke badan legislatif nasional yang akan dibahas, negara tersebut akan meningkatkan institusi dan kebijakan untuk mempromosikan pertukaran dan kerja sama ekonomi serta budaya di seluruh Selat Taiwan dan mendorong pengembangan yang lebih terintegrasi dengan Taiwan untuk meningkatkan "kesejahteraan rakyat China di kedua sisi."

China menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri, sementara Taipei bersikeras pada kemerdekaannya. China juga menentang "unilateralisme dan proteksionisme dalam segala bentuk dan akan menjunjung tinggi peraturan dan keadilan internasional," tambah laporan kerja tersebut.

"Negara kita akan tetap berkomitmen pada kebijakan luar negeri independen yang damai, sesuai pada jalur pembangunan yang damai," kata laporan itu.

SUMBER:TRT World and Agencies
Intip TRT Global. Bagikan umpan balik Anda!
Contact us