Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, mengutuk keputusan Hongaria untuk keluar dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
Hongaria mengumumkan keputusan tersebut pada hari Kamis, tak lama setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tiba di Budapest untuk kunjungan selama empat hari.
Netanyahu menghadapi surat perintah penangkapan yang dikeluarkan oleh ICC atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza, di mana lebih dari 50.500 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah tewas dalam serangan brutal Israel sejak Oktober 2023.
"Kami menganggap keputusan ini sebagai sikap yang tidak bermoral yang menunjukkan keterlibatan terang-terangan dengan seorang penjahat perang yang melarikan diri dari keadilan internasional, serta pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional dan prinsip-prinsip keadilan manusia," kata Hamas dalam sebuah pernyataan.
"Keputusan Hongaria ini merupakan tamparan bagi keadilan internasional dan mencerminkan kebijakan standar ganda yang dijalankan oleh beberapa pemerintah Barat, terutama Hongaria dan AS, yang merusak sistem peradilan internasional, mendorong impunitas, dan menjadi ancaman langsung bagi perdamaian dan stabilitas global."
'Keputusan yang berat sebelah dan memalukan'
Hamas mendesak pemerintah Hongaria untuk "segera mencabut keputusan yang berat sebelah dan memalukan ini, memenuhi kewajiban hukumnya, dan menyerahkan penjahat perang Netanyahu kepada ICC untuk mempertanggungjawabkan kejahatannya dan menerima hukuman yang setimpal atas pembantaian dan genosida yang dilakukannya terhadap rakyat Palestina kami."
Kunjungan Netanyahu ke Hongaria menandai pertama kalinya ia menginjakkan kaki di tanah Eropa sejak ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan untuknya dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant pada November lalu.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia, termasuk Amnesty International dan Human Rights Watch, telah menyerukan kepada Hongaria untuk menangkap Netanyahu dan menyerahkannya kepada ICC.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perang yang dilancarkannya di Gaza.

Warga Palestina khawatir bahwa niat Israel adalah menghilangkan penduduk di wilayah disebut Benjamin Netanyahu sebagai "Morag Axis" secara permanen, meninggalkan ratusan ribu tanpa tempat tinggal di salah satu wilayah terpadat dan termiskin di dunia