BISNIS DAN TEKNOLOGI
3 menit membaca
TikTok blokir #SkinnyTok usai desakan Prancis terkait konten berbahaya soal penurunan berat badan
Larangan tagar #SkinnyTok di TikTok menyoroti meningkatnya kekhawatiran di Eropa terkait peran platform ini dalam menyebarkan konten yang berdampak negatif terhadap citra tubuh di kalangan pengguna muda.
TikTok blokir #SkinnyTok usai desakan Prancis terkait konten berbahaya soal penurunan berat badan
TikTok. / Reuters
5 Juni 2025

Di bawah tekanan dari pemerintah Prancis, TikTok resmi melarang tagar #SkinnyTok, yang selama ini dikaitkan dengan tren kontroversial yang dianggap mengglorifikasi tubuh sangat kurus dan mendorong konten penurunan berat badan yang berbahaya.

Keputusan pada Rabu ini muncul di tengah kekhawatiran yang semakin meluas di Eropa terhadap pengaruh TikTok pada pengguna muda serta peran platform tersebut dalam memperburuk masalah citra tubuh.

Dalam unggahan di X pada Minggu lalu, Menteri Urusan Digital Prancis Clara Chappaz menyebut langkah ini sebagai “kemenangan kolektif pertama”, sembari kembali menyerukan larangan akses media sosial bagi anak-anak di bawah usia 15 tahun.

Sebelum dihapus, tagar tersebut telah digunakan dalam lebih dari setengah juta unggahan, banyak di antaranya menampilkan konten yang mengagungkan tubuh kurus ekstrem dan menyebarkan pesan bersifat menyalahkan diri seperti “kamu bukan jelek, kamu cuma gemuk”.

Sebagian besar kontennya menyasar perempuan muda dan memperkuat standar kecantikan yang merugikan secara global.

Saat ini, pencarian tagar tersebut mengarahkan pengguna ke sumber daya kesehatan dan kebugaran; namun, konten berbahaya tetap beredar dengan variasi tagar lainnya, menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas kebijakan semacam ini.

‘Lingkaran setan’

Menurut laporan Euronews Prancis, Komisi Eropa — yang telah memulai penyelidikan resmi terhadap TikTok sejak Februari 2024 di bawah Undang-Undang Layanan Digital (DSA) — justru tampak tidak terlibat dalam perkembangan terbaru ini.

Ketiadaan peran lembaga tersebut memunculkan keraguan terhadap kemampuan — dan kesediaan — Uni Eropa dalam menegakkan regulasinya terhadap platform teknologi besar, menurut laporan tersebut.

Bagi Charlyne Buigues, seorang perawat spesialis gangguan makan asal Prancis, media sosial menjadi pintu masuk terhadap masalah yang kian “dinormalisasi” secara daring.

Ia mengecam video yang menampilkan gadis-gadis muda dengan anoreksia memamerkan tubuh mereka yang kekurangan gizi — atau yang menunjukkan penderitanya sedang melakukan “purging” akibat bulimia.

“Minum obat pencahar atau memuntahkan makanan ditampilkan seolah-olah itu cara sah untuk menurunkan berat badan, padahal justru meningkatkan risiko henti jantung,” kata Buigues.

Gangguan makan dapat merusak jantung, menyebabkan kemandulan dan masalah kesehatan lainnya, serta dikaitkan dengan perilaku bunuh diri. Penelitian menunjukkan bahwa anoreksia memiliki tingkat kematian tertinggi di antara semua penyakit kejiwaan.

Gangguan makan juga merupakan penyebab kematian dini tertinggi kedua di kalangan usia 15 hingga 24 tahun di Prancis, menurut lembaga asuransi kesehatan negara tersebut. Media sosial menciptakan "lingkaran setan", ujar ahli gizi dan nutrisi Prancis, Carole Copti.

‘Media sosial memperlemah mereka yang sudah rentan’

“Orang yang mengalami gangguan makan umumnya memiliki harga diri yang rendah. Namun dengan menampilkan tubuh kurus karena anoreksia di media sosial, mereka mendapat pengikut, tayangan, likes... dan ini memperpanjang masalah mereka serta memperkuat penyangkalan,” tambahnya.

Hal ini bisa menjadi lebih serius ketika kontennya menghasilkan uang. Buigues mencontohkan seorang perempuan muda yang rutin merekam dirinya sedang muntah secara langsung di TikTok dan “mengaku bahwa ia dibayar oleh platform tersebut dan menggunakan uangnya untuk membeli makanan”.

“Kita sekarang tidak bisa lagi mengobati gangguan makan tanpa juga menanggapi penggunaan media sosial,” ujar Copti.

“Media sosial telah menjadi pemicu, akselerator, sekaligus hambatan bagi proses pemulihan,” tambahnya. Media sosial “bukan penyebab utama, tetapi bisa menjadi pemicu terakhir yang menghancurkan,” kata Nathalie Godart, psikiater anak dan remaja di Student Health Foundation Prancis.

Dengan mempromosikan tubuh kurus, diet ketat, dan olahraga berlebihan, media sosial memperlemah orang-orang yang sudah rentan dan “memperbesar ancaman” terhadap kesehatan mereka, ia menegaskan.

SUMBER:TRT World and Agencies
Lihat sekilas tentang TRT Global. Bagikan umpan balik Anda!
Contact us