Gaza berada dalam "risiko kritis kelaparan", dengan seluruh populasinya menghadapi krisis pangan setelah lebih dari dua bulan blokade bantuan oleh Israel, demikian peringatan terbaru dari pemantau keamanan pangan.
Sebanyak 22 persen dari 2,4 juta penduduk Gaza kini menghadapi situasi "bencana" kemanusiaan, sementara seluruh populasi diperkirakan akan mengalami krisis pangan "atau lebih buruk" pada bulan September, menurut laporan Integrated Food Security Phase Classification (IPC) yang didukung oleh PBB dan sejumlah LSM, Senin.
Laporan itu mencatat penurunan kondisi yang signifikan sejak penilaian terakhir pada Oktober 2024.
"Seluruh populasi menghadapi tingkat ketidakamanan pangan akut yang tinggi, dengan setengah juta orang – satu dari lima – berada dalam kondisi kelaparan," tulis laporan tersebut.
Konsorsium IPC, yang menggunakan sistem peringatan lima tingkat, mencatat bahwa antara 1 April hingga 10 Mei, sekitar 244.000 orang di Gaza hidup dalam tingkat kelima—kategori paling kritis, yaitu "bencana/kelaparan".
Sementara itu, 925.000 orang lainnya diklasifikasikan berada pada tingkat empat, atau "darurat".
Peringatan ini dirilis tak lama setelah kabinet keamanan Israel menyetujui rencana perluasan operasi militer, termasuk "penaklukan" Gaza dan kemungkinan pemindahan penduduk.
‘Orang-orang kelaparan’
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menyampaikan bahwa sektor pertanian di Gaza berada di ambang kehancuran total.
FAO menyerukan pencabutan segera blokade, menekankan pentingnya masuknya bantuan seperti pakan ternak dan pasokan veteriner untuk menjaga produksi pangan dasar seperti susu dan telur—yang kini menjadi sumber gizi terakhir bagi banyak keluarga.
Israel memberlakukan blokade bantuan sejak 2 Maret, usai meluncurkan serangan ke Gaza sebagai respons atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
"Keluarga-keluarga di Gaza kelaparan, sementara makanan yang mereka butuhkan hanya berada di sisi lain perbatasan," kata Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia PBB (WFP), Cindy McCain.
"Jika kita menunggu sampai kelaparan benar-benar dikonfirmasi, itu sudah terlalu terlambat bagi banyak orang."
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, turut menyerukan diakhirinya blokade bantuan.
"Kita tidak perlu menunggu deklarasi #kelaparan di #Gaza untuk mengetahui bahwa orang-orang sudah kelaparan, sakit, dan sekarat, sementara makanan dan obat-obatan hanya beberapa menit dari perbatasan," tulisnya di X.