Komisioner Eropa untuk Kesetaraan, Kesiapsiagaan, dan Manajemen Krisis menyatakan keprihatinannya atas "laporan yang mengkhawatirkan" terkait serangan Israel yang menargetkan tenaga kesehatan, rumah sakit, dan pekerja bantuan di Gaza yang terkepung.
"Saya prihatin dengan laporan mengkhawatirkan yang muncul dari Gaza, di mana tenaga kesehatan, ambulans, dan rumah sakit kembali menjadi sasaran serangan Israel," kata Hadja Lahbib dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa.
Ia menyatakan bahwa tindakan tersebut merusak upaya penting dan heroik para pekerja bantuan yang berjuang untuk menyelamatkan nyawa di tengah konflik.
"Upaya bantuan kemanusiaan harus terus berjalan untuk membantu orang-orang yang sangat membutuhkan. Hukum Humaniter Internasional harus dihormati oleh semua pihak," tambahnya.
Lahbib menyatakan bahwa ia bergabung dengan Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat, Tom Fletcher, dalam menyerukan penghormatan terhadap semua warga sipil dan pekerja kemanusiaan.
"Kita perlu memastikan perlindungan semua warga sipil, termasuk pekerja kemanusiaan dan fasilitas mereka setiap saat, serta infrastruktur sipil seperti fasilitas medis, sekolah, dan tempat-tempat PBB," tambahnya.
Pembantaian oleh Israel
Israel secara sepihak mengakhiri gencatan senjata di Gaza pada 18 Maret dan melanjutkan perang genosida yang menewaskan 800 warga Palestina dan melukai lebih dari 1.600 lainnya.
Sejak Oktober 2023, Israel telah menewaskan lebih dari 50.100 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, serta menghancurkan sebagian besar wilayah yang diblokade dan membuat hampir seluruh penduduknya mengungsi.
Pada November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan menteri pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perang yang dilakukannya di wilayah tersebut.