Warga Korea Selatan akan menuju tempat pemungutan suara pada hari Selasa untuk memilih presiden berikutnya yang akan menjabat selama lima tahun dalam pemilu mendadak yang krusial, di mana para kandidat bersaing untuk menarik dukungan pemilih swing.
Dengan masa kampanye yang intensif berakhir pada hari Senin, Lee Jae-myung, kandidat presiden dari Partai Demokrat (DP) yang merupakan oposisi utama, berada di depan pesaing utamanya, Kim Moon-soo, kandidat dari Partai Kekuatan Rakyat (PPP) yang berkuasa.
Terdapat total enam kandidat dalam pemilu kali ini.
Kedua kandidat utama berkumpul di ibu kota Seoul pada hari Senin dalam upaya terakhir mereka untuk menggalang dukungan di menit-menit terakhir, menurut laporan Yonhap News Agency.
Hasil survei terbaru menunjukkan Lee, 61 tahun, seorang pengacara hak asasi manusia yang beralih menjadi politisi, memimpin dengan 49,2 persen suara, diikuti oleh Kim, 73 tahun, mantan menteri tenaga kerja, dengan 36,8 persen.
Lee Jun-seok dari Partai Reformasi Baru yang konservatif berada di posisi ketiga dengan 10,3 persen.
Pemilu presiden ini dipicu oleh pemakzulan dan pemberhentian mantan Presiden Yoon Suk Yeol atas upayanya yang gagal untuk memberlakukan darurat militer pada Desember lalu.
Warga Korea Selatan yang tinggal di luar negeri telah memberikan suara mereka, sementara pemungutan suara awal selama dua hari berlangsung pekan lalu.
Menurut Komisi Pemilihan Nasional, sekitar 44,4 juta orang dari total populasi 52 juta di negara itu memenuhi syarat untuk memberikan suara.
Pemungutan suara akan dibuka pada pukul 6 pagi waktu setempat (21.00 GMT 2 Juni) dan ditutup pada pukul 8 malam (11.00 GMT 3 Juni). Hari pemilu akan menjadi hari libur nasional.
Pemenang pemilu akan diketahui pada Selasa malam atau dini hari Rabu karena penghitungan suara akan dimulai segera setelah pemungutan suara ditutup.