Presiden China, Xi Jinping, telah berbicara dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dan menyatakan bahwa Beijing mendukung Uni Eropa untuk memiliki otonomi strategis yang lebih besar.
Dalam percakapan telepon pada hari Kamis, Xi mengatakan bahwa sejak kunjungannya ke Prancis pada Mei lalu, kerja sama antara kedua negara telah mengalami banyak kemajuan.
“China selalu memandang Eropa sebagai kutub independen dalam dunia multipolar, dan mendukung Uni Eropa untuk memiliki otonomi strategis yang lebih besar,” kata Xi, menurut pernyataan di X oleh Mao Ning, juru bicara Kementerian Luar Negeri China.
Presiden China itu menambahkan bahwa negaranya bersedia bekerja sama dengan Uni Eropa untuk menghadapi tantangan global dan mencapai hasil yang menguntungkan kedua belah pihak serta dunia.
“China dan Prancis, sebagai dua anggota tetap Dewan Keamanan PBB, negara besar yang independen, serta pendiri dan pembangun tatanan internasional pasca-perang, harus memperkuat solidaritas dan kerja sama, menjunjung tinggi otoritas dan posisi PBB, melindungi aturan perdagangan internasional dan tatanan ekonomi dunia, serta mempraktikkan multilateralisme sejati,” ujarnya.
Xi juga menekankan bahwa kedua pihak perlu meningkatkan komunikasi strategis, membangun konsensus, dan memanfaatkan peluang untuk memperdalam kerja sama di bidang investasi, penerbangan, ruang angkasa, energi nuklir, dan sektor konvensional lainnya.
“Sambil memperluas kerja sama ke bidang-bidang baru seperti sektor digital, pembangunan hijau, biofarmasi, dan ekonomi lansia, serta mempererat hubungan antarwarga untuk mempromosikan persahabatan antara kedua negara,” tambahnya.
Macron menegaskan kembali keinginan Prancis untuk terus membangun hubungan ekonomi yang kuat dengan China.
“Investasi China disambut baik di Prancis,” katanya, sambil menekankan bahwa “perusahaan kami harus mendapatkan kondisi persaingan yang adil di kedua negara. Ini adalah hal yang fundamental.”
Perang Ukraina
Berbicara tentang urusan internasional, Macron mengatakan bahwa Prancis dan China memiliki tujuan yang sama terkait perang Rusia di Ukraina, yaitu “perdamaian yang tahan lama dan kuat,” yang, menurutnya, harus dimulai dengan “gencatan senjata segera dan tanpa syarat.”
Mengenai Timur Tengah, Macron menekankan perlunya kemajuan menuju “solusi politik yang mampu menjamin perdamaian dan keamanan bagi semua.”
Ia mencatat bahwa Prancis dan China akan bekerja sama menjelang konferensi internasional tentang solusi dua negara, yang dijadwalkan berlangsung pada bulan Juni di New York dan diketuai bersama oleh Prancis dan Arab Saudi.
Macron juga menyambut baik partisipasi tingkat tinggi China dalam Konferensi PBB tentang Lautan yang akan datang.