Hujan muson yang tiada henti telah menimbulkan kekacauan di kawasan Asia Timur, menyebabkan ribuan orang mengungsi dan menelan korban jiwa di Korea Selatan, China, dan Taiwan.
Di wilayah selatan Korea Selatan, lebih dari 2.500 penduduk dievakuasi akibat banjir bandang dan tanah longsor.
Sebanyak 2.523 orang mengungsi di enam kota dan provinsi besar di wilayah selatan — Busan, Gwangju, Chungcheong Selatan, Jeolla Selatan, Gyeongsan Utara, dan Gyeongsang Selatan — akibat hujan deras, lapor Yonhap News Agency mengutip Pusat Penanggulangan dan Keamanan Bencana Nasional.
Wilayah barat daya Muan menjadi yang paling terdampak, dengan curah hujan mencapai 289,6 milimeter (11,4 inci) sejak tengah malam Minggu hingga Senin pagi.
Seorang pria berusia 60-an ditemukan tewas di sebuah sungai di Muan, namun pihak berwenang masih menyelidiki apakah kematiannya terkait dengan cuaca ekstrem tersebut.
Administrasi Meteorologi Korea memperkirakan hujan lebat masih akan mengguyur secara nasional, dengan curah hujan terus berlanjut di Gyeongsang Selatan dan daerah sekitarnya.
Hujan deras ini juga turut meredakan gelombang panas yang telah melanda, dengan peringatan suhu tinggi dicabut di beberapa wilayah. Suhu diperkirakan berkisar antara 29°C hingga 34°C.
Banjir terparah di Beijing
Sementara itu, otoritas Beijing memperingatkan penduduk di daerah pegunungan pinggiran kota untuk bersiap menghadapi gelombang hujan lebat berikutnya, seminggu setelah banjir besar menewaskan puluhan orang dalam bencana banjir terparah di ibu kota China itu sejak 2012.
Badan cuaca memperkirakan curah hujan hingga 200 mm (7,9 inci) dapat mengguyur sebagian wilayah Beijing hanya dalam waktu enam jam mulai tengah hari.
Peringatan ini muncul ketika pihak berwenang berlomba memperkuat pertahanan banjir yang sudah menua, menyempurnakan prakiraan cuaca, dan memperbarui rencana evakuasi di tengah laporan penemuan korban jiwa dari banjir di berbagai wilayah, termasuk sedikitnya tiga orang yang ditemukan di sebuah perkemahan kesehatan di Provinsi Hebei.
Pada akhir bulan lalu, sedikitnya 44 orang tewas di Beijing setelah hujan deras selama beberapa hari. Sebagian besar korban adalah lansia yang terjebak secara tiba-tiba oleh banjir di sebuah panti jompo di Distrik Miyun, di timur laut kota. Tragedi tersebut membuat otoritas mengakui adanya kekurangan dalam rencana darurat menghadapi cuaca ekstrem.
Curah hujan rekor di Taiwan
Di Taiwan, badai mengguyur lebih dari dua meter curah hujan di sejumlah wilayah selama sepekan terakhir, menewaskan empat orang dan memicu banjir serta tanah longsor di bagian tengah dan selatan, menurut otoritas setempat.
“Sepekan cuaca buruk ini menyebabkan empat orang meninggal, tiga orang hilang, dan 77 orang terluka,” kata seorang pejabat penanggulangan bencana.
"Kami jarang menghadapi bencana sebesar ini," ujar Perdana Menteri Cho Jung-tai saat mengunjungi wilayah terdampak banjir di Kota Tainan, Senin. "Sejak Topan Danas hingga kini, kami mengalami hampir sebulan penuh hujan deras yang terus menerus."
Hujan deras mulai mengguyur sebagian besar wilayah pulau sejak 28 Juli, memaksa hampir 6.000 orang mengungsi, merusak jalanan, dan membuat sejumlah kantor tutup.
Curah hujan yang sangat tinggi ini dipicu oleh sistem tekanan rendah dan angin barat daya yang kuat, kata peramal cuaca dari Administrasi Cuaca Pusat (CWA), Li Ming-siang.
Rata-rata curah hujan di seluruh Taiwan bulan lalu adalah yang tertinggi untuk bulan Juli sejak 1939, menurut CWA.
Lembaga prakiraan cuaca nasional memperkirakan hujan akan mulai mereda dalam beberapa hari ke depan.