Juru bicara resmi Kementerian Luar Negeri Iran, Ismail Baghaei, menyatakan bahwa setelah serangan yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran, kerja sama lebih lanjut dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) tidak dapat dilanjutkan seperti sebelumnya.
Berbicara dalam konferensi pers di Teheran, Baghaei mengingatkan bahwa keputusan parlemen untuk menghentikan kerja sama dengan IAEA adalah keputusan yang wajib dilaksanakan. Ia menekankan bahwa sikap Badan tersebut setelah serangan tersebut menimbulkan pertanyaan serius bagi Teheran.
Menurutnya, laporan IAEA yang diterbitkan pada 31 Mei tentang program nuklir Iran telah digunakan sebagai alasan untuk tindakan bermusuhan: "Laporan ini hanyalah dalih semata. Badan tersebut harus memberikan penjelasan. Terutama aneh bahwa beberapa hari setelah serangan terhadap fasilitas nuklir damai kami, Direktur Jenderal IAEA, Mariano Grossi, terus bersikeras pada sejumlah tuntutan."
Baghaei menambahkan bahwa dalam situasi saat ini, Iran tidak dapat menjamin keselamatan para inspeksi: "Jika IAEA membiarkan laporannya digunakan sebagai alasan untuk serangan dan tidak mengutuk serangan terhadap fasilitas nuklir damai, maka Iran tidak menganggap mungkin untuk melanjutkan kerja sama dalam kerangka NPT secara penuh."
Ia kembali menekankan bahwa keputusan parlemen Iran untuk menghentikan kerja sama harus dilaksanakan oleh pemerintah. Menurutnya, IAEA perlu meninjau kembali posisinya.
Menjawab pertanyaan tentang kemungkinan dimulainya kembali negosiasi dengan Amerika Serikat mengenai program nuklir, juru bicara Kementerian Luar Negeri menyatakan bahwa keputusan akhir belum diambil, tetapi konsultasi masih berlangsung.
Baghaei juga mengomentari pernyataan negara-negara Eropa yang mendukung tindakan Israel. Ia menyebut pernyataan dari perwakilan Prancis dan Jerman sebagai sesuatu yang tidak dapat diterima. Ia secara khusus mengkritik pernyataan pihak Jerman yang menggambarkan tindakan Israel sebagai "melakukan pekerjaan kotor untuk kami": "Ini adalah aib sejarah," kata Baghaei.