Bagaimana Türkiye menjadi pemimpin drone, mengalahkan Cina dan AS
Bagaimana Türkiye menjadi pemimpin drone, mengalahkan Cina dan AS
Mengalami berbagai restriksi dari sekutunya, Türkiye berhasil mengembangkan teknologi buatan dalam negeri dan sekarang menjadi pemimpin global dibidang drone bersenjata.
2 Januari 2025

Dalam peralihan dramatis di pasar senjata militer global, Türkiye telah berhasil menduduki posisi terdepan sebagai pemasok pesawat nirawak (UAV) dan drone bersenjata terbesar di dunia, dilansir dari laporan terbaru dari Center for a New American Security (CNAS) yang berbasis di Amerika Serikat.

Kesuksesan ini telah menggeser posisi pemimpin sebelumnya, seperti Amerika Serikat dan Israel, menandai era baru dalam proliferasi drone.

Berdasarkan laporan CNAS yang dirilis awal bulan ini, menyoroti bahwa sejak tahun 2018, Türkiye, Tiongkok, dan AS secara kolektif telah melakukan 69 penjualan drone bersenjata ke 40 negara yang berbeda. Turki sendiri menyumbang 65 persen dari total penjualan ini, sementara Tiongkok menyumbang 26 persen dan Amerika Serikat hanya 8 persen.

Menurut para ahli, Drone buatan Türkiye menjadi pemimpin pasar global karena Ankara sangat fokus dalam meningkatkan industri pertahanan dalam negerinya.

“Kemampuan Türkiye dalam mengembangkan UAV berteknologi tinggi adalah hasil langsung dari upaya industri pertahanan dalam negeri untuk mengatasi persoalan terkait akses terhadap teknologi asing, terutama kala keadaan kritis ketika sekutu tradisional, seperti AS dan Israel, menerapkan pembatasan atau menolak penjualan,” kata Murat Aslan, profesor ilmu politik di Hasan Kalyoncu University.

Ia menambahkan bahwa ketika teknologi UAV pertama kali muncul, adalah sistem yang relatif sederhana yang digunakan terutama untuk pengintaian, pengawasan, dan dukungan tembakan api. “Namun, seiring berjalannya waktu, UAV telah bertransformasi menjadi platform canggih yang mampu membawa berbagai muatan, yang secara signifikan memperluas perannya dalam peperangan zaman modern.”

Dominasi Türkiye di pasar drone global didorong oleh keberhasilan perusahaan-perusahaan pertahanan, seperti Baykar, Roketsan, dan Aselsan, yang telah memainkan fungsi penting dalam pengembangan drone bersenjata negaranya.

Contohnya Bayraktar TB2 milik Baykar, merupakan sebuah simbol keahlian pengembangan drone negara ini, drone tersebut telah digunakan secara luas di berbagai konflik seperti perang Karabakh antara Azerbaijan dan Armenia.

Selain TB2, drone Akinci milik Baykar adalah UAV memiliki teknologi yang lebih canggih, UAV dengan jangkauan ketinggian yang lebih tinggi meningkatkan status Türkiye di pasar sebagai pemasok drone berteknologi tinggi.

Bukan perjalanan yang mudah

Namun, kebangkitan Türkiye menuju garis terdepan bukanlah perjalanan yang mulus karena negara ini mengalami tantangan dalam pencarian sumber komponen dan tetap memutuskan untuk membuat persenjataan nya sendiri.

Türkiye menghadapi kendala yang signifikan pada tahap awal pengembangan UAV, Aslan menambahkan. “Pada tahun 1990-an, ketika Türkiye berusaha untuk membeli UAV asing seperti Heron Israel, terdapat pembatasan operasional yang sangat ketat, termasuk perlunya operator Israel untuk mengoperasikan sistem UAV tersebut dibanding operator Turki.”

Ketergantungan dan penundaan dalam perolehan intelijen waktu nyata dari drone asing seperti ini mendorong Türkiye untuk mengembangkan produksi UAV sendiri, katanya.

Roketsan dan Aselsan, yang juga merupakan peran kunci di sektor industri pertahanan Türkiye, telah berkontribusi pada kebangkitan negaranya.

Roketsan dengan spesialisasi sistem rudal dan integrasi senjata untuk drone, sementara Aselsan berfokus pada pengembangan avionik canggih, komunikasi, dan sistem peperangan elektronik yang bertujuan meningkatkan kemampuan UAV. Bersama dengan Baykar, perusahaan-perusahaan ini telah menjadikan Türkiye sebagai pemimpin dibidang produksi sistem drone berteknologi tinggi untuk penggunaan militer.

Pada tahun 2022, terdapat enam negara memasuki pasar drone global untuk pertama kalinya, mereka semua memutuskan untuk mengakuisisi Bayraktar TB2 milik Baykar, hal ini jelas mengukuhkan dominasi Türkiye.

Akinci, drone generasi terbaru dengan kapasitas muatan yang lebih besar dan sensor yang lebih canggih juga menarik perhatian dikancah internasional, hal ini memperkuat pengaruh Türkiye yang semakin besar dibidang teknologi militer. 

“Kebutuhan UAV Türkiye dulunya dipenuhi oleh produsen asing. Namun, menyusul keputusan politik pemerintah Turki pada awal tahun 2000-an, industri pertahanan mengambil Langkah signifikan untuk meningkatkan produksi dalam negeri,” ucap seorang pejabat senior di Baykar. 

“Keputusan ini memungkinkan pengembangan berbagai drone seperti drone mini, taktis, dan serang, serta sistem penyerangan yang sekarang digunakan oleh Angkatan Bersenjata Turki dan badan penegak hukum.”

“Buatan Sendiri”

Langkah penting dalam proses produksi drone Turki adalah pembangunan kapasitas teknis dan produksi dalam negeri.

Türkiye berhasil menembus tantangan pasokan dengan melakukan diversifikasi sumberdaya atau memproduksi komponen secara lokal, ucap Aslan. 

“Meskipun dihadapkan dengan embargo suku cadang utama, Türkiye berhasil menciptakan efek ganda dalam produksi, terutama setelah menyadari bahwa ketergantungan terhadap system drone asing tidak lagi dapat menjamin keamanan nasional.”

Pengembangan UAV seperti ANKA, dengan desain dan kemampuannya yang unik, menandai terobosan besar bagi industri pertahanan Turki, tegas para ahli.

Sejak menyalip Tiongkok pada tahun 2021, jumlah ekspor drone Türkiye telah meningkat secara dramatis. Baykar, yang sudah mengekspor 83 persen produksinya sejak awal tahun 2000-an, mencatatkan ekspor senilai 1,8 miliar dolar AS di tahun 2022.

Kajian CNAS ini menunjukkan bahwa era dominasi AS dan Israel di pasar drone “sudah lama berlalu,” dan memberi alternatif  terhadap pemasok yang lebih hemat biaya seperti Turki, Cina, dan Iran.

Tendensi ini meningkatkan transfer drone bersenjata secara global secara dramatis, dengan Türkiye sebagai yang terdepan.

Dengan Türkiye yang kini menjadi produsen utama drone bersenjata, dipimpin oleh Baykar, Roketsan, dan Aselsan, kebangkitannya mencerminkan pergeseran yang lebih luas dalam kekuatan militer global. UAV yang lebih terjangkau dan canggih seperti Bayraktar TB2 dan Akinci membentuk kembali peperangan modern, menempatkan Türkiye sebagai peran utama yang krusial dalam sektor pertahanan.

Aslan dari Hasan Kalyoncu University menegaskan bahwa memproduksi UAV bersenjata bukan hanya tentang platform itu sendiri, tetapi juga amunisi dan sistem kontrol yang tersedia di dalamnya. 

“Roketsan berperan penting dalam pengembangan amunisi yang lebih canggih, sementara Aselsan menyediakan dukungan disektor listrik dan elektronik, dan Havelsan menyumbangkan perangkat lunak yang diperlukan. 

“Perusahaan-perusahaan pertahanan publik telah memainkan peran utama dalam pengembanagan model UAV, namun tanpa produksi amunisi dalam negeri, Türkiye masih akan harus bergantung pada pemasok asing.”

SUMBER: TRT WORLD

SUMBER:TRT World
Lihat sekilas tentang TRT Global. Bagikan umpan balik Anda!
Contact us