Tujuan serangan Israel terhadap Iran adalah untuk "menghilangkan dan menghancurkan program nuklir Iran sekali untuk selamanya," kata mantan Perdana Menteri Israel Ehud Barak dalam wawancara dengan France 24. Namun, ia menambahkan bahwa "satu-satunya cara yang layak" untuk menghentikan program tersebut adalah dengan "menjatuhkan rezim Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei."
Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Rabu malam menyatakan kekhawatirannya bahwa serangan Israel "semakin sering menargetkan fasilitas yang tidak terkait dengan program nuklir dan balistik Iran," yang menyebabkan "peningkatan jumlah korban sipil," menurut laporan Associated Press yang mengutip pernyataan dari kantor presiden. Pemimpin Prancis tersebut juga menginstruksikan Menteri Luar Negeri Jean-Noël Barrot untuk bekerja sama dengan negara-negara Eropa lainnya guna merumuskan kesepakatan yang dapat mengakhiri konflik.
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres, di sisi lain, menyerukan kepada negara-negara asing untuk menahan diri dari keterlibatan dalam konflik Israel-Iran. Pernyataan ini muncul di tengah ekspektasi keputusan Donald Trump tentang apakah Amerika Serikat akan bergabung dalam konflik tersebut dengan mendukung upaya Israel menyerang fasilitas nuklir Iran.
"Saya dengan tegas menyerukan semua pihak untuk menghindari internasionalisasi konflik lebih lanjut," kata Guterres, menekankan bahwa intervensi militer tambahan dapat memiliki konsekuensi besar "tidak hanya bagi mereka yang terlibat dalam perang, tetapi juga bagi seluruh kawasan dan perdamaian serta keamanan internasional secara keseluruhan."
Sebelumnya pada hari Rabu, Presiden AS Donald Trump menolak memberikan komentar tentang rencana AS untuk menyerang Iran atau fasilitas nuklirnya, dengan menyatakan bahwa Iran "telah menghubungi," tetapi menurutnya, sekarang sudah "terlalu terlambat untuk negosiasi." Pada Selasa malam, Presiden AS tersebut menyebut Ali Khamenei sebagai "target yang mudah" dan menuntut "penyerahan tanpa syarat" dari Iran.
Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei menanggapi dalam pidato televisi bahwa Iran "tidak akan menyerah" dan mengancam Amerika Serikat dengan "konsekuensi yang tidak dapat diperbaiki" jika negara tersebut melakukan tindakan militer terhadap Iran.