PERANG GAZA
3 menit membaca
Israel semprot kapal bantuan Madleen dengan 'zat kimia putih'. Apa itu?
Aktivis di kapal bantuan yang menuju Gaza melaporkan disemprot zat putih tak dikenal yang melapisi dek kapal dan mengaburkan pandangan mereka. Zat tersebut diduga merupakan bentuk penghalang kimia.
Israel semprot kapal bantuan Madleen dengan 'zat kimia putih'. Apa itu?
Awak armada Gaza Madleen dibawa ke Israel. / AFP
10 Juni 2025

Sebuah kapal bantuan yang membawa pasokan kemanusiaan menuju Gaza dilaporkan disemprot zat kimia putih misterius oleh drone Israel sebelum akhirnya diserbu pasukan komando di perairan internasional. Para aktivis menggambarkan sensasi mata perih dan pandangan yang terhalang.

Insiden di atas kapal Madleen ini mendapat kecaman keras dari berbagai kelompok hak asasi manusia, termasuk Dewan Hubungan Amerika-Islam (Council on American-Islamic Relations atau CAIR), yang menuduh Israel menggunakan “senjata kimia” terhadap para aktivis damai dalam apa yang mereka sebut sebagai tindakan "pembajakan internasional dan terorisme negara."

Kapal bantuan yang merupakan bagian dari Koalisi Freedom Flotilla (FFC) ini sedang dalam perjalanan menuju Gaza ketika secara tiba-tiba dikepung oleh drone Israel, lalu disusul pasukan mereka di perairan internasional pada hari Minggu.

Madleen, kapal sepanjang 18 meter, berangkat menuju Gaza pada 1 Juni dari Pelabuhan San Giovanni Li Cuti di Catania, Sisilia, sebagai bagian dari misi terbaru yang diorganisir Koalisi Freedom Flotilla untuk menembus blokade Israel dan mengirimkan bantuan kepada warga Palestina yang kelaparan di Gaza.

Sebanyak 12 orang dari berbagai negara berada di dalam kapal, termasuk Baptiste Andre, Greta Thunberg, Mark Van Rennes, Pascal Maurieras, Reva Viard, Rima Hassan, Sergio Toribio, Suayb Ordu, Thiago Avila, Yanis Mhamdi, dan Yasemin Acar.

Menurut penyelenggara, kapal tersebut membawa bantuan darurat untuk warga sipil Gaza, seperti susu formula bayi, tepung, beras, popok, produk kebersihan wanita, alat penyuling air, pasokan medis, kruk, dan alat bantu gerak untuk anak-anak.

Saat pasukan Israel mendekat, para aktivis mengatakan kapal mereka disemprot zat putih yang menyebabkan kebingungan dan mengganggu jarak pandang. Dalam hitungan menit, komunikasi mereka terganggu, dan suara-suara aneh terdengar melalui radio kapal.

Zat putih tersebut dijatuhkan oleh dua drone yang terbang di atas Madleen sebelum komunikasi kapal terputus, ungkap Huwaida Arraf, salah satu pendiri International Solidarity Movement, kepada Al Jazeera.

“Kami tahu ada dua drone yang melayang di atas kapal mereka dan menjatuhkan semacam bahan kimia. Kami tidak tahu zat apa itu,” ujarnya. “Beberapa orang melaporkan mata mereka terasa perih. Sebelumnya, kapal mereka juga didekati dengan cara yang sangat mengancam.”

Tak lama setelah itu, pasukan komando Israel naik ke kapal dan menahan seluruh kru. Para aktivis yang mengenakan jaket pelampung mengangkat tangan tanda menyerah. Sebelum ditahan, terdengar suara yang memerintahkan mereka untuk membuang ponsel ke laut.

Menanggapi serangan terhadap Madleen, Council on American-Islamic Relations (CAIR) mengeluarkan kecaman keras. Direktur Eksekutif Nasional CAIR, Nihad Awad, menyatakan: “Kami mengecam keras serangan ilegal dan pengecut oleh Israel terhadap Madleen yang sedang menuju Gaza dengan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan. Ini merupakan tindakan pembajakan internasional dan terorisme negara yang terang-terangan.”

“Pendudukan Israel tidak memiliki hak hukum untuk memblokade pesisir Gaza, apalagi menjatuhkan senjata kimia ke kapal bantuan dan menculik para penumpangnya di perairan internasional. Pemerintah Israel harus bertanggung jawab, segera membebaskan kapal Madleen beserta para aktivis kemanusiaannya, mencabut blokade bantuan ke Gaza, dan mengakhiri genosida.”

Meskipun pemerintah Israel belum mengonfirmasi jenis zat tersebut, FFC menduga bahwa zat itu bisa jadi merupakan bentuk penghalang kimia, kemungkinan senyawa non-mematikan seperti gas air mata, cairan skunk, semprotan merica, atau aerosol yang dirancang untuk membuat panik dan melumpuhkan, seperti yang biasa digunakan dalam pengendalian massa.

Insiden ini bukanlah yang pertama. Pada 2010, pasukan Israel menyerbu kapal bantuan Mavi Marmara dan menewaskan 10 aktivis. Pada 2018, beberapa kapal flotilla dilaporkan disabotase sebelum berlayar, dan pada 2021, Israel menggunakan air berbau busuk pada warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki.

Para pakar menilai semprotan putih ini tampaknya digunakan sebagai bentuk intimidasi psikologis—kemungkinan untuk mencegah para aktivis merekam aksi penyergapan tersebut.

SUMBER:TRT World and Agencies
Lihat sekilas tentang TRT Global. Bagikan umpan balik Anda!
Contact us