Lebih dari 100 organisasi bantuan telah memperingatkan bahwa "kelaparan massal" sedang menyebar di Gaza yang terkepung akibat blokade Israel, menjelang kunjungan utusan tinggi AS ke Eropa untuk membahas kemungkinan gencatan senjata dan koridor bantuan.
Dalam pernyataan yang ditandatangani oleh 111 organisasi, termasuk Dokter Tanpa Batas (MSF), Save the Children, dan Oxfam, pada hari Rabu, mereka memperingatkan bahwa "rekan-rekan kami dan mereka yang kami bantu sedang merana."
Kelompok-kelompok ini menyerukan gencatan senjata yang dinegosiasikan segera, pembukaan semua perlintasan darat, dan aliran bantuan bebas melalui mekanisme yang dipimpin PBB.
Dalam pernyataan mereka, organisasi kemanusiaan tersebut mengatakan bahwa gudang-gudang dengan ton bantuan duduk tak tersentuh di luar wilayah tersebut, bahkan di dalam Gaza, karena terhalang untuk mengakses atau mendistribusikan barang-barang tersebut.
"Warga Palestina terjebak dalam siklus harapan dan kekecewaan, menunggu bantuan dan gencatan senjata, hanya untuk bangun dengan kondisi yang semakin memburuk," kata para penandatangan.
"Ini bukan hanya penderitaan fisik, tetapi juga psikologis. Bertahan hidup seperti fatamorgana yang digantung di depan mata," tambah mereka.
"Sistem kemanusiaan tidak dapat berjalan dengan janji-janji kosong. Para pekerja kemanusiaan tidak dapat beroperasi dengan jadwal yang berubah-ubah atau menunggu komitmen politik yang gagal memberikan akses."

Kelaparan dan genosida
Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan pada hari Selasa bahwa setidaknya 15 warga Palestina, termasuk empat anak-anak, meninggal karena kelaparan di Gaza dalam 24 jam terakhir.
Korban terbaru ini meningkatkan jumlah kematian akibat malnutrisi menjadi 101 orang, dengan 80 di antaranya adalah anak-anak, sejak Oktober 2023.
Israel telah membunuh lebih dari 59.000 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dalam serangan di wilayah yang diblokade tersebut.
Sekitar 11.000 warga Palestina dikhawatirkan terkubur di bawah reruntuhan rumah-rumah yang hancur, menurut kantor berita resmi Palestina, WAFA.
Namun, para ahli berpendapat bahwa jumlah korban sebenarnya jauh lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh otoritas Gaza, dengan perkiraan mencapai sekitar 200.000 jiwa.
Selama genosida ini, Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah yang diblokade tersebut menjadi puing-puing, dan praktis menggusur seluruh penduduknya.
Israel juga telah memblokir masuknya bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan, dan hanya mengizinkan satu kelompok bantuan yang didukung AS yang kontroversial, yang didirikan untuk melewati pekerjaan bantuan PBB dan dikecam sebagai "jebakan maut."