Kelompok Houthi Yaman menyatakan bahwa mereka menargetkan Bandara Ben Gurion di Tel Aviv dengan rudal balistik dalam sebuah “operasi militer berkualitas” pada 10 Juli, yang memicu sirene serangan udara di beberapa bagian negara tersebut, sebagaimana dikonfirmasi oleh juru bicara militer Israel, Avichay Adraee.
Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, mengklaim bahwa rudal tersebut telah mengenai sasarannya, menyebabkan sirene serangan udara berbunyi di lebih dari 300 kota dan desa, membuat jutaan warga Zionis (Israel) bergegas ke tempat perlindungan, serta menghentikan lalu lintas udara di bandara tersebut.
“Dengan mengandalkan Tuhan, (pasukan bersenjata) bekerja untuk memperluas operasi militer pendukung mereka dengan serangan rudal pada target militer dan strategis di Palestina yang diduduki, serta melanjutkan blokade laut. Operasi ini akan terus berlanjut hingga agresi terhadap Gaza dihentikan dan pengepungan dicabut,” tambahnya.
Namun, seperti dalam insiden serupa sebelumnya, militer Israel membantah klaim tersebut dengan mengatakan bahwa rudal tersebut telah berhasil dicegat.
Pada bulan Mei, Houthi menyatakan bahwa mereka akan memberlakukan blokade udara “menyeluruh” terhadap Israel dengan terus-menerus menargetkan bandara-bandara di negara tersebut.
Houthi juga telah meningkatkan serangan rudal dan drone terhadap Israel, menembaki wilayah Israel dan menyerang jalur pelayaran sejak militer Israel melanjutkan serangan ke Gaza pada bulan Maret setelah dua bulan gencatan senjata yang rapuh.
Pada 9 Juli, mereka menenggelamkan kapal kargo Yunani Eternity C dan menyatakan bahwa beberapa anggota kru masih hilang. Ini adalah kapal Yunani kedua yang tenggelam dalam minggu tersebut. Sumber keamanan maritim percaya bahwa kelompok tersebut menahan enam pelaut dari kapal tersebut.
Sejak November 2023, kelompok ini juga telah menargetkan pengiriman komersial di Laut Merah, Teluk Aden, dan Laut Arab sebagai dukungan bagi warga Palestina di Gaza, di mana hampir 57.700 orang telah tewas akibat serangan Israel.