Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartarto, telah tiba di Washington setelah berangkat dari Brasil usai KTT BRICS untuk memimpin negosiasi tingkat tinggi dengan pejabat AS yang bertujuan untuk mencegah pengenaan tarif sebesar 32 persen terhadap ekspor barang-barang Indonesia.
Pembicaraan tersebut, yang akan berlangsung menjelang batas waktu penetapan tarif pada 9 Juli, akan melibatkan pertemuan dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick dan Menteri Keuangan Scott Bessent. Indonesia berharap untuk mendapatkan perlakuan yang lebih baik sebagai mitra dagang besar AS di Asia Tenggara.
Haryo Limanseto, juru bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyampaikan bahwa ruang pembicaraan untuk kedua negara masih tersedia dan menegaskan bahwa “Pemerintah Indonesia akan mengoptimalkan kesempatan yang tersedia demi menjaga kepentingan nasional ke depan.”
Dalam pembicaraan tersebut, Menko Hartarto akan menekankan pentingnya strategis Indonesia sebagai negara kaya sumber daya alam yang memasok komoditas global utama, termasuk nikel, timah, tembaga, dan minyak sawit. Ia akan berargumen bahwa kenaikan tarif yang diusulkan akan merugikan negara yang krusial bagi rantai pasokan global dan transisi energi.
Melalui platform media sosialnya, Trump membagikan surat tarif terbarunya secara terbuka mengenai keputusan pengenaan tarif pada negara lain yang ditujukan kepada masing-masing kepala negara.
Sejumlah negara di Asia Tenggara juga terdampak oleh tarif terbaru Trump, Thailand dan Kamboja menerima pengurangan tarif impor dari yang sebelumnya masing-masing 36 dan 49 persen menjadi 36 persen. Sebaliknya Malaysia, mendapatkan kenaikan 1 persen menjadi 25 persen.
Tarif terbaru Trump ini akan mulai berlaku mulai 1 Agustus mendatang, Pihak AS menyatakan terbuka untuk pembicaraan dengan negara-negara terdampak sebelum tenggat waktu tiba.
Keputusan akhir dalam pembicaraan Indonesia-AS ini ada di tangan Presiden Donald Trump, yang agenda dan kebijakan utama perdagangan periode keduanya telah mengguncang banyak negara, terutama negara-negara Asia.