DUNIA
4 menit membaca
Apa yang perlu diketahui dari serangan besar-besaran Israel ke Iran
Serangan udara Israel menghantam target nuklir dan militer penting, menewaskan komandan dan ilmuwan terkemuka. Serangan ini terjadi saat pembicaraan nuklir mandek dan ketegangan memuncak, dengan Iran bersumpah akan membalas dengan keras.
Apa yang perlu diketahui dari serangan besar-besaran Israel ke Iran
Petugas pemadam kebakaran dan warga membersihkan lokasi ledakan di kompleks perumahan setelah serangan Israel di Teheran, Jumat, 13 Juni 2025. / AP
13 Juni 2025

Israel melancarkan serangan besar terhadap Iran, mengubah perang bayangan yang telah lama berlangsung menjadi konflik terbuka yang bisa berkembang menjadi perang regional yang lebih luas dan berbahaya.

Serangan pada Jumat dini hari itu memicu ledakan di ibu kota Teheran. Israel menyatakan targetnya adalah fasilitas nuklir dan militer Iran. Media pemerintah Iran melaporkan bahwa pemimpin Garda Revolusi Iran dan sedikitnya empat ilmuwan nuklir utama tewas.

Serangan Israel ini terjadi di tengah memuncaknya ketegangan terkait program nuklir Iran yang berkembang pesat—sesuatu yang dianggap Israel sebagai ancaman eksistensial.

Pemerintahan Trump sempat menghidupkan kembali upaya negosiasi pembatasan pengayaan uranium Iran dengan imbalan pelonggaran sanksi ekonomi. Namun, pembicaraan tidak langsung antara diplomat AS dan Iran kini mengalami kebuntuan. Serangan ini mendorong kawasan ke fase baru yang penuh ketidakpastian.

Apa yang kita ketahui sejauh ini?

Israel hancurkan situs nuklir, bunuh kepala Garda Revolusi
Para pemimpin Israel menyatakan serangan itu bertujuan mencegah Iran memperoleh bom nuklir, seiring Iran memperkaya uranium hingga nyaris mencapai tingkat yang bisa digunakan untuk senjata.

Iran selama ini bersikeras bahwa program nuklirnya bertujuan damai. Badan intelijen AS pun menilai Iran tidak sedang aktif membangun senjata.

Dalam sebuah video pengumuman serangan militer, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut bahwa serangan menghantam fasilitas pengayaan utama Iran, fasilitas atom Natanz, serta menargetkan para ilmuwan nuklir terkemuka Iran.

Ia juga menyebut bahwa Israel menyerang gudang rudal balistik Iran. TV pemerintah Iran melaporkan bahwa Kepala Garda Revolusi, Jenderal Hossein Salami—salah satu komandan paling berpengaruh di Iran—tewas dalam serangan itu. Warga Teheran melaporkan mendengar ledakan besar. Televisi menayangkan dinding yang hancur, atap yang terbakar, dan jendela pecah di berbagai bangunan pemukiman.

TV pemerintah juga melaporkan bahwa markas Garda Revolusi ikut terbakar akibat ledakan.

Israel tutup wilayah udaranya

Mengantisipasi pembalasan, Israel menutup wilayah udaranya dan menyatakan akan memanggil puluhan ribu tentara cadangan untuk menjaga perbatasan. Netanyahu mengklaim pada Jumat bahwa jika Iran tidak dihentikan, "mereka bisa memproduksi senjata nuklir dalam waktu sangat singkat."

Namun, secara teknis Iran masih membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk membangun senjata, jika memang berniat melakukannya. Iran juga belum membuktikan kemampuannya dalam mengecilkan ukuran bom agar bisa ditempatkan di ujung rudal. Meski begitu, para pejabat Iran secara terbuka telah mengancam akan mengejar senjata tersebut.

TerkaitTRT Global - Israel serang 'situs nuklir dan militer' Iran, membunuh panglima angkatan darat dan kepala IRGC

Senjata nuklir

Ketegangan atas program nuklir Iran yang berkembang cepat dan cadangan uranium tingkat tinggi yang terus bertambah semakin memuncak, tujuh tahun setelah Presiden Donald Trump secara sepihak menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran 2015 bersama negara-negara besar dunia. Untuk pertama kalinya dalam dua dekade, badan pengawas atom dunia pada Kamis lalu mengecam Iran karena gagal memenuhi kewajiban non-proliferasi nuklir yang dimaksudkan untuk mencegah pengembangan senjata.

Sebagai tanggapan, Iran menyatakan akan membuka situs pengayaan uranium baru yang sebelumnya dirahasiakan dan mempercepat produksi uranium yang diperkaya hingga 60 persen—tingkat yang dapat dengan mudah ditingkatkan menjadi 90 persen, yang digunakan dalam senjata nuklir.

Iran memiliki dua situs pengayaan utama: Natanz, di provinsi Isfahan, dan Fordow, dekat kota suci Syiah Qom, sekitar 90 kilometer barat daya Teheran. Keduanya dirancang untuk tahan terhadap serangan udara.

Natanz dibangun di bawah tanah di Dataran Tengah Iran dan telah beberapa kali jadi sasaran dugaan sabotase oleh Israel, termasuk oleh virus Stuxnet—yang diyakini merupakan hasil rekayasa Israel dan AS—yang pernah menghancurkan mesin sentrifugal Iran.

Fordow terkubur dalam gunung dan dijaga oleh sistem anti-pesawat. Fasilitas ini juga memiliki deretan sentrifugal, meski tidak sebesar Natanz.

Trump sempat peringatkan Netanyahu

Kedua situs itu menjadi fokus dari dorongan terbaru pemerintahan Trump untuk bernegosiasi ulang soal kesepakatan nuklir dengan Teheran.

Trump mengaku telah memperingatkan Netanyahu agar tidak melancarkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran selagi upaya diplomatik masih berlangsung.

Utusan khusus AS Steve Witkoff dijadwalkan bertemu dengan mitra Iran-nya di Oman untuk putaran keenam perundingan pada hari Minggu. Namun belum jelas apakah pertemuan itu tetap dilanjutkan. Beberapa jam setelah serangan, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengancam bahwa Israel akan menghadapi "hukuman yang berat."

“Tangan kuat angkatan bersenjata Republik Islam tidak akan membiarkan (serangan ini) tanpa balasan,” ujarnya dalam pernyataan resmi yang diunggah secara daring. Pejabat Iran lainnya menyuarakan hal serupa dan berjanji akan membalas dendam.

TV pemerintah menayangkan rekaman warga Iran meneriakkan “Matilah Israel!” dan “Matilah Amerika!” Dari Washington, Trump menegaskan bahwa AS tidak terlibat dalam serangan itu dan memperingatkan Iran agar tidak membalas dengan menyerang kepentingan AS di kawasan.

SUMBER:TRT World and Agencies
Lihat sekilas tentang TRT Global. Bagikan umpan balik Anda!
Contact us