DUNIA
6 menit membaca
Mengapa Rusia mundur dalam perselisihannya dengan Azerbaijan
Moskow rela mengorbankan gengsi demi menjaga kemitraan strategis dengan Baku. Namun taruhannya kini terlalu besar bahkan untuk kekuatan sebesar Rusia.
Mengapa Rusia mundur dalam perselisihannya dengan Azerbaijan
Pesan utama Baku sederhana: "Hormati kami sebagaimana kami menghormati Anda. Kami adalah negara merdeka." / TRT World
10 Juli 2025

Alexander Kurenkov terbang ke Baku bukan sekadar sebagai Menteri Situasi Darurat Rusia yang menghadiri sesi rutin International Civil Defense Organization. Mantan ajudan pribadi Vladimir Putin dan sosok dari lingkaran terdalam sang presiden datang dengan misi khusus — meredam bara diplomatik yang mengancam hubungan kunci Rusia dengan kawasan Kaukasus Selatan.

Secara resmi, kedatangannya berkaitan dengan pemilihan sekretaris jenderal organisasi yang menghimpun dinas darurat dari lebih dari 60 negara. Namun secara tidak resmi, ini adalah upaya Moskow untuk menjaga hubungan dengan Azerbaijan — negara yang kini sangat vital bagi Rusia yang tengah menghadapi tantangan besar akibat perang di Ukraina.

Harga sebuah gengsi

Rangkaian peristiwa berkembang cepat dan menyakitkan. Dua warga Azerbaijan dilaporkan tewas saat ditahan oleh aparat Rusia di Yekaterinburg. Kemudian muncul penangkapan sejumlah "anggota kelompok etnis" serta laporan peningkatan pengawasan terhadap warga Azerbaijan di kota-kota Rusia. Baku pun merespons — tegas dan terbuka.

Media Azerbaijan menampilkan sekitar selusin warga Rusia yang ditahan, dengan tanda-tanda luka terlihat jelas. Mereka dituduh terlibat dalam perdagangan narkoba dan kejahatan siber. Kantor Sputnik di Baku juga digeledah, dan beberapa staf ditahan. Acara budaya terkait Rusia ditangguhkan. Warga Rusia melaporkan sering diperiksa dokumennya di Azerbaijan "dengan penggunaan kekerasan", meski otoritas Baku membantah semua tuduhan.

Respons Azerbaijan begitu keras. Setelah kematian warganya, Baku mengirim sinyal bahwa mereka tak lagi bersedia bermain dengan aturan lama.

Geopolitik dalam kelemahan

Pada 2025, Rusia tak lagi memiliki pengaruh seperti sebelumnya terhadap para mitranya. Empat tahun perang di Ukraina menunjukkan tantangan militer sekaligus penurunan tajam pengaruh Moskow di kawasan pasca-Soviet.

Konflik Karabakh kembali meletup hanya beberapa hari setelah Rusia mundur dari wilayah Kharkiv pada September 2022. Pada November 2020, Rusia masih mampu menjadi penengah gencatan senjata antara Azerbaijan dan Armenia. Namun pada 2023, diplomat Rusia hanya bisa "menyatakan keprihatinan mendalam" ketika Azerbaijan memulihkan kendali atas wilayah itu dengan keberadaan pasukan penjaga perdamaian Rusia yang hanya menyaksikan.

Pada musim semi 2024, kontingen Rusia meninggalkan Karabakh lebih awal, membuat Rusia dipandang oleh otoritas Baku sebagai kekuatan yang kehilangan inisiatif dan pengaruh. Setelah insiden pesawat penumpang AZAL yang ditembak jatuh pertahanan udara Rusia, Presiden Ilham Aliyev secara gamblang menolak berurusan dengan “utusan” dari Moskow dan menuntut dialog setara.

Ketergantungan energi

Namun alasan utama sikap hati-hati Rusia bukanlah kesopanan diplomatik, melainkan kalkulasi ekonomi dingin. Ketika Moskow masih meraup superprofit dari pasar gas Eropa, kerja sama dengan Baku tidaklah krusial. Setelah kehilangan pembeli Eropa akibat sanksi, Azerbaijan — dengan akses ke Laut Kaspia — menjadi alternatif penting untuk memulihkan volume ekspor.

Skemanya cukup elegan: Azerbaijan membeli gas Rusia untuk konsumsi domestik, sementara menyalurkan volume gas domestiknya ke negara-negara Eropa lewat kontrak dengan Gazprom. Skema ini tidak melanggar sanksi dan secara ekonomi bisa saling menguntungkan. Saat ini Azerbaijan memasok hampir 13 miliar meter kubik gas ke Eropa dari total ekspor 24–25 miliar — setengah dari produksinya. Tanpa bantuan Rusia, Baku tidak mungkin menggandakan suplai seperti dijanjikan kepada Uni Eropa.

Perangkap logistik

Azerbaijan juga mengontrol jalur transportasi kunci "Utara–Selatan" untuk Rusia. Rute antara Rusia dan Iran ini memiliki tiga cabang: jalur laut melalui Kaspia, jalur darat melalui Asia Tengah, dan jalur barat melalui Dagestan dan Azerbaijan. Jalur terakhir adalah yang paling menguntungkan karena infrastrukturnya matang dan volume kargonya besar.

Ini adalah jalur penting untuk perdagangan dengan Iran dan akses ke India. Rusia memiliki rencana strategis untuk mengembangkan rute ini sebagai jalan menuju Teluk Persia dan negara-negara Arab yang kaya. Koridor ekonomi China One Belt, One Road juga melewati Azerbaijan, menjadikannya rute yang sangat menguntungkan.

Alternatif melalui Asia Tengah jauh lebih rumit dan mahal karena medan pegunungan dan minimnya jalan. Kehilangan rute Azerbaijan akan secara signifikan merusak rencana ekspansi ekonomi Rusia ke selatan.

Tumpulnya alat tekanan

Sejak 2020, Rusia telah kehilangan senjata utamanya — konflik di Karabakh. Azerbaijan menyelesaikannya secara militer dan kini melihat dirinya sebagai kekuatan regional. Dengan populasi 10 juta, Azerbaijan melampaui gabungan Armenia dan Georgia.

Sejak 2005, anggaran militer Azerbaijan meningkat pesat. Total kekuatan bersenjata termasuk cadangan mendekati 400.000 personel. Banyak perwira dilatih di Turkiye dan negara NATO lain, serta memiliki pengalaman tempur nyata. Azerbaijan nyaris tidak membeli senjata Rusia — mitra utamanya adalah Turkiye, Israel, dan Pakistan.

Dengan posisi Rusia yang kini lebih lemah dari sebelum 2022, pengaruh militer dan tekanan yang dimilikinya jauh lebih terbatas.

Diplomasi putus asa

Dalam kondisi ini, Moskow bersedia menanggung kerugian reputasi. Saluran Telegram VChK-OGPU, yang dekat dengan kalangan intelijen, melaporkan bahwa Presiden Vladimir Putin secara pribadi ingin menyelesaikan ketegangan ini dan sedang membentuk delegasi informal ke Baku. Usulan "pertukaran tahanan" mungkin akan menyusul.

“Kerumitan hubungan dengan Azerbaijan bukanlah bagian dari rencana Kremlin saat ini. Ini tidak menguntungkan Moskow; mereka tidak memiliki kapasitas untuk konflik di banyak front dan kehilangan mitra strategis di kawasan penting,” ujar sumber tersebut.

Kementerian Luar Negeri Rusia menunjukkan “pengendalian maksimal.” Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan pentingnya menjaga hubungan kemitraan, sementara para diplomat Rusia aktif mengupayakan pembebasan warga negaranya yang ditahan.

Aturan main baru

Sejak 1990-an, Azerbaijan menjalankan kebijakan keseimbangan — hubungan baik dengan Rusia tanpa bergabung dalam aliansi pro-Rusia seperti CSTO atau EAEU. Baku menjaga jarak dan menyeimbangkan relasinya dengan berbagai kekuatan. Namun kini mereka menuntut kualitas hubungan yang baru.

Pesan utama Baku sederhana: “Hormati kami seperti kami menghormati Anda. Kami adalah negara merdeka.” Azerbaijan memiliki semua kapasitas untuk mempertahankan kedaulatan dan kepentingannya. Ini telah dirumuskan sejak 2022 oleh Presiden Tajikistan Emomali Rahmon saat bertemu Putin: “Kami ingin dihormati.”

Harga sebuah kemunduran

Jika krisis diplomatik ini tak segera berakhir, Rusia bisa kehilangan lebih dari sekadar tomat Azerbaijan di pasaran. Yang dipertaruhkan adalah proyek energi strategis, koridor transportasi, dan pengaruh atas seluruh kawasan Kaukasus Selatan.

Sejak perang Ukraina meletus, daya tarik Rusia di mata masyarakat Azerbaijan terus memudar. Dalam lanskap politik — baik di pemerintahan maupun oposisi — hampir semua tokoh mendukung posisi pro-Barat atau independen dari Rusia.

Terlebih lagi, perdamaian antara Azerbaijan dan Armenia yang mungkin segera tercapai bisa semakin menggerus sisa-sisa pengaruh Rusia di wilayah ini. Dengan demikian, Rusia bisa kehilangan tumpuan terakhirnya di Kaukasus.

Kerendahan hati yang terpaksa

Maka, Alexander Kurenkov terbang ke Baku bukan sebagai utusan kekuatan besar, melainkan sebagai negosiator yang siap berkompromi. Misinya adalah menunjukkan kesiapan Moskow untuk berinteraksi berdasarkan kesetaraan dengan Azerbaijan.

Ironinya, Rusia yang sempat berusaha mengembalikan pengaruh geopolitiknya melalui perang di Ukraina, kini justru harus menghadapi diplomasi rumit dengan negara yang dulu dianggap berada dalam zona pengaruhnya. Tapi pilihannya terbatas — harga dari konfrontasi kini terlalu tinggi, bahkan bagi negara yang terbiasa memaksakan kehendaknya di kawasan.

SUMBER:TRT World
Lihat sekilas tentang TRT Global. Bagikan umpan balik Anda!
Contact us