Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, telah memerintahkan militer untuk melancarkan serangan intensif ke ibu kota Iran, Teheran, dengan menuduh Iran melanggar gencatan senjata antara kedua musuh bebuyutan tersebut.
"Saya telah menginstruksikan IDF (militer), bekerja sama dengan Perdana Menteri, untuk melanjutkan aktivitas serangan intensif di Teheran guna menetralkan target-target rezim dan infrastruktur teroris di Teheran, menyusul operasi kemarin," kata Katz dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh surat kabar Yedioth Ahronoth.
Katz mengklaim bahwa ia memerintahkan serangan tersebut "dengan alasan pelanggaran mutlak terhadap gencatan senjata yang diumumkan oleh Presiden AS oleh Iran dan peluncuran rudal ke arah Israel."
Hal ini terjadi tak lama setelah militer Israel menginformasikan kepada publik bahwa kini aman untuk keluar dari tempat perlindungan.
Sebelumnya, militer mengklaim bahwa sirene serangan udara berbunyi di Israel utara pada hari Selasa setelah terdeteksinya serangan rudal baru dari Iran, beberapa jam setelah Donald Trump mengumumkan gencatan senjata.
Iran membantah tuduhan
Namun, Iran membantah klaim Israel bahwa mereka menembakkan rudal ke Israel setelah menyetujui gencatan senjata, menurut penyiar IRIB dan kantor berita ISNA.
Pelanggaran yang diduga terjadi ini muncul tak lama setelah Israel mengumumkan bahwa mereka menyetujui gencatan senjata bilateral dengan Iran, berdasarkan proposal yang diajukan oleh Trump.
Trump pada hari Senin mengatakan bahwa Israel dan Iran telah menyetujui gencatan senjata "Lengkap" dan "Total," mengakhiri "Perang 12 Hari" yang dimulai dengan serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran dan beberapa lokasi lainnya pada 13 Juni.
Iran membalas dengan serangan rudal. Kemudian, AS membom tiga situs nuklir Iran pada Minggu pagi, mengklaim telah menghancurkannya sepenuhnya.
Sebagai balasan, Iran meluncurkan serangkaian rudal ke Pangkalan Udara Al Udeid milik militer AS di Qatar pada Senin malam.
Gencatan senjata mulai berlaku pada pukul 04.00 GMT pada hari Selasa, dengan Trump mendesak kedua belah pihak untuk tidak melanggar kesepakatan tersebut.
