BISNIS DAN TEKNOLOGI
4 menit membaca
Harga tembaga cetak rekor tertinggi setelah Trump umumkan wacana tarif 50 persen
Tarif 50 persen atas impor tembaga diperkirakan akan membebani perusahaan AS karena negara tersebut masih jauh dari mampu memenuhi kebutuhan domestiknya, kata para analis.
Harga tembaga cetak rekor tertinggi setelah Trump umumkan wacana tarif 50 persen
Tembaga digunakan dalam konstruksi, transportasi, elektronik, dan berbagai industri lainnya. / Reuters
10 Juli 2025

Harga tembaga berjangka US Comex melonjak lebih dari 12 persen ke rekor tertinggi setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa ia akan mengumumkan tarif sebesar 50 persen atas logam penting yang digunakan dalam produksi kendaraan listrik, perangkat militer, jaringan listrik, hingga berbagai barang konsumsi.

Pengumuman Trump mengenai tarif yang direncanakan datang lebih cepat dari perkiraan industri — dan dengan besaran tarif yang lebih tinggi dari dugaan.

Dalam rapat kabinet di Gedung Putih pada Selasa, Trump mengatakan kepada para wartawan bahwa ia akan mengumumkan tarif tembaga pada hari itu juga, meski tidak menyebutkan kapan aturan tersebut akan mulai berlaku.

“Saya kira tarif untuk tembaga akan kita tetapkan sebesar 50 persen,” ujar Trump.

Setelah pernyataan tersebut, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengatakan dalam wawancara di CNBC bahwa tarif tembaga kemungkinan akan diberlakukan pada akhir Juli atau per 1 Agustus.

Ia menambahkan bahwa Trump akan membagikan rincian kebijakan itu di akun Truth Social-nya pada hari yang sama.

Namun, hingga Rabu malam, Trump belum merilis pengumuman resmi. Sejumlah negara, perusahaan tambang, dan kelompok perdagangan menyatakan masih menunggu kejelasan lebih lanjut.

Analis dari RBC Capital Markets memperkirakan harga tembaga dan saham perusahaan tambang akan mengalami volatilitas jangka pendek jika tarif benar-benar diterapkan.

Pada Februari lalu, pemerintahan Trump mengumumkan penyelidikan berdasarkan Pasal 232 terhadap impor tembaga AS. Tenggat untuk penyelidikan ini seharusnya berakhir pada November, namun Lutnick menyebut tinjauan tersebut telah selesai.

“Tujuannya adalah membawa produksi tembaga kembali ke dalam negeri, karena logam ini penting untuk sektor industri,” kata Lutnick.

National Mining Association menolak memberikan komentar dan menyatakan akan menunggu sampai detail resmi dirilis. Sementara itu, American Critical Minerals Association belum merespons permintaan komentar.

Tembaga digunakan secara luas di sektor konstruksi, transportasi, elektronik, dan berbagai industri lainnya. AS mengimpor sekitar setengah dari kebutuhan tembaganya setiap tahun dan hanya memiliki tiga fasilitas peleburan tembaga.

Sejumlah proyek pertambangan besar di AS dalam beberapa tahun terakhir menghadapi penolakan keras, termasuk proyek Resolution Copper milik Rio Tinto dan BHP di Arizona serta Pebble Mine milik Northern Dynasty Minerals di Alaska.

Saham Freeport-McMoRan, produsen tembaga terbesar di dunia yang berbasis di Phoenix, sempat melonjak lebih dari 5 persen dalam perdagangan Selasa. Perusahaan ini, yang tahun lalu memproduksi 1,26 miliar pon (571.530 metrik ton) tembaga di AS, belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar.

Freeport, yang berpotensi mendapat manfaat dari tarif tembaga namun khawatir dampaknya terhadap perekonomian global, telah menyarankan Trump untuk fokus pada peningkatan produksi dalam negeri.

TerkaitTRT Global - Trump mengumumkan gelombang tarif baru terhadap 14 negara, termasuk Jepang dan Korea Selatan

Negara-negara yang diperkirakan paling terdampak tarif baru ini termasuk Chili, Kanada, dan Meksiko — tiga pemasok utama tembaga olahan, paduan tembaga, dan produk tembaga lainnya ke AS pada 2024, menurut data US Census Bureau.

Chili, Kanada, dan Peru — tiga eksportir tembaga terbesar ke AS — telah menyampaikan kepada pemerintahan Trump bahwa impor dari negara mereka tidak mengancam kepentingan AS dan seharusnya tidak dikenakan tarif. Ketiganya memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan AS.

Kementerian Ekonomi Meksiko dan Kementerian Keuangan Kanada belum menanggapi permintaan komentar, sementara Kementerian Luar Negeri Chili menyatakan belum menerima komunikasi resmi terkait tarif tersebut.

Kementerian Pertambangan Chili menolak memberikan komentar.

Ketua Codelco, Maximo Pacheco — perusahaan tambang tembaga terbesar Chili — mengatakan bahwa pihaknya ingin tahu produk tembaga mana saja yang akan terdampak dan apakah tarif berlaku untuk semua negara.

Pierre Gratton, presiden Mining Association of Canada, menyatakan bahwa kebijakan tarif ini meresahkan bagi smelter seperti fasilitas milik Glencore di Quebec. Gratton menambahkan bahwa pihaknya masih menunggu laporan penyelidikan Pasal 232 dari pemerintahan Trump.

Tarif impor tembaga sebesar 50 persen akan membebani perusahaan AS yang menggunakan logam ini karena negara tersebut masih bertahun-tahun lagi dari kemampuan memenuhi kebutuhan domestik, kata Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank.

“AS telah mengimpor setara dengan permintaan selama satu tahun hanya dalam enam bulan terakhir, jadi cadangan lokal saat ini cukup tinggi,” kata Hansen. “Saya perkirakan akan ada koreksi harga tembaga setelah lonjakan awal ini.”

SUMBER:Reuters
Lihat sekilas tentang TRT Global. Bagikan umpan balik Anda!
Contact us