Selama bertahun-tahun, kelompok kriminal bersenjata berat yang secara lokal dikenal sebagai "bandit" telah meningkatkan serangan di wilayah pedesaan barat laut dan tengah Nigeria, kawasan dengan kehadiran negara yang minim. Ribuan orang tewas dan penculikan untuk tebusan menjadi hal yang lazim.
Meskipun para bandit ini tidak memiliki agenda ideologis dan semata-mata termotivasi oleh keuntungan finansial, aliansi mereka yang kian erat dengan militan dari timur laut menjadi kekhawatiran bagi pihak berwenang dan analis keamanan.
“Anggota Zamfara Civilian Protection Guard (CPG), sebuah milisi yang didukung negara, menyerbu markas Bello Turji, gembong bandit yang terkenal kejam,” ujar Ahmad Manga, penasihat keamanan untuk gubernur negara bagian Zamfara.
CPG mendapat dukungan dari badan intelijen rahasia Nigeria (DSS) serta anggota milisi dari negara bagian Borno di timur laut, yang juga membantu militer melawan kelompok bersenjata di sana.
"Koalisi tersebut menyerbu markas Turji di distrik Shinkafi, dan dalam pertempuran itu, ia kehilangan lebih dari 100 anak buah," kata Manga, seraya menambahkan bahwa serangan tersebut dipimpin oleh Bashari Maniya, mantan bandit yang kini membantu pemerintah. Operasi ini ditujukan untuk menangkap atau menewaskan Turji.
Seorang sumber keamanan membenarkan insiden itu, dan menyebut Turji telah mengetahui rencana tersebut lebih awal, lalu memanggil bala bantuan dari kamp bandit lain untuk menghadang serangan.
“Sulit untuk memberikan angka pasti, tetapi korban di pihak bandit cukup besar,” ujar sumber itu.
Kekerasan yang dilakukan para bandit di Nigeria telah berkembang dari konflik antara para penggembala Fulani dan petani soal perebutan sumber daya menjadi konflik yang lebih luas, dipicu oleh perdagangan senjata ilegal.
Kerja sama yang semakin erat antara geng kriminal di barat laut dan militan di timur laut menyebabkan skala serangan menjadi semakin parah.
Turji, 31 tahun, meninggalkan pekerjaan menggembala dan beralih ke pencurian ternak serta penculikan untuk tebusan sejak 2011 di kampung halamannya di kota Shinkafi. Ia telah meneror berbagai komunitas di Zamfara dan negara bagian tetangga, Sokoto.
Sang gembong kejahatan ini pernah membuat beberapa kesepakatan damai dengan pemerintah negara bagian Zamfara, namun kerap mengingkarinya.