Daesh mengklaim bertanggung jawab atas ledakan bom yang menargetkan polisi di provinsi barat daya Pakistan yang bergolak, yang menewaskan tiga polisi dan melukai lebih dari sepuluh orang.
Pada hari Selasa, sebuah bom yang dipasang pada sepeda motor yang diparkir menargetkan bus yang membawa 40 polisi di kota Mastung, provinsi Balochistan yang miskin. Wilayah ini telah lama menjadi tempat pertempuran antara pasukan keamanan dan kelompok yang terlibat dalam kekerasan sektarian, etnis, serta separatis selama beberapa dekade.
Dalam sebuah pernyataan pada Selasa malam, cabang regional Daesh, yang dikenal sebagai Negara Islam Khorasan (IS-K), yang sering melakukan serangan terhadap pasukan keamanan di Pakistan dan Afghanistan, mengklaim bahwa "tentara" mereka menargetkan polisi yang mereka sebut sebagai "murtad".
Pakistan telah menyaksikan peningkatan tajam dalam kekerasan di wilayah-wilayah yang berbatasan dengan Afghanistan sejak Taliban kembali berkuasa di Kabul pada tahun 2021. Islamabad menuduh tetangganya di barat itu mengizinkan wilayahnya digunakan untuk serangan terhadap Pakistan—klaim yang dibantah oleh Taliban.
Di Balochistan, kekerasan separatis juga meningkat, termasuk serangan bulan lalu oleh militan etnis Baloch terhadap kereta yang membawa 450 penumpang. Serangan ini memicu pengepungan selama dua hari dan menyebabkan puluhan orang tewas. IS-K juga aktif di wilayah ini, dengan kelompok tersebut mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap minoritas agama, pembunuhan tokoh agama, dan serangan terhadap pejabat keamanan.
Pada Juli 2023, kelompok ini mengklaim serangan bom bunuh diri di sebuah pertemuan partai politik yang menewaskan lebih dari 54 orang, termasuk 23 anak-anak. Lebih dari 200 orang, sebagian besar pejabat keamanan, telah tewas dalam serangan sejak awal tahun oleh kelompok bersenjata yang memerangi pemerintah di Khyber Pakhtunkhwa dan Balochistan, menurut data dari AFP.