Tahukah kamu apa yang dialami anak kelaparan di Gaza?
Tahukah kamu apa yang dialami anak kelaparan di Gaza?
Kelaparan di Gaza melumpuhkan tubuh dan pikiran anak-anak, dengan malnutrisi parah yang menghentikan pertumbuhan, melemahkan daya tahan tubuh, dan menyebabkan trauma psikologis.
26 Mei 2025

Dalam setiap gambar yang muncul dari Gaza, ada kesamaan yang menghantui: anak-anak yang tinggal kulit dan tulang. Tubuh mereka yang rapuh terkulai dalam pelukan orang tua atau tenaga medis. Mata mereka yang kering karena kekurangan vitamin menatap dunia yang seakan lewat begitu saja.

Ribuan anak menghadapi kelaparan akut di Gaza yang dilanda perang, setelah Israel selama hampir tiga bulan melarang masuknya makanan dan obat-obatan bagi 2,3 juta warga Palestina yang terus-menerus dibombardir selama 20 bulan terakhir.

Awal pekan ini, Israel hanya mengizinkan sejumlah kecil truk bantuan masuk ke wilayah tersebut, setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu khawatir kehilangan dukungan dari sekutu internasional karena “gambar-gambar kelaparan”.

Namun bagi banyak orang, bantuan itu datang terlalu sedikit dan terlambat. Pejabat PBB menyebut volume bantuan yang diizinkan masuk ke Gaza oleh Israel hanyalah “setetes air di lautan”.

Para ahli mengatakan dampak malnutrisi jangka panjang pada anak-anak bersifat halus, tak dapat dibalikkan, dan berlapis-lapis.

“Mereka berhenti bermain… bahkan tidak punya energi untuk bermain,” kata Livia Tampellini, dokter dari unit darurat Médecins Sans Frontières.

Berbicara kepada TRT World, ia menjelaskan bahwa bermain, bahkan saat sakit, adalah ekspresi naluriah kehidupan pada seorang anak. “Hari ketika seorang anak berhenti bermain adalah hari yang menyakitkan… kamu tak perlu menjadi dokter untuk merasa sedih.”

UNICEF melaporkan pekan lalu bahwa 71.000 anak dan lebih dari 17.000 ibu di Gaza membutuhkan penanganan segera untuk malnutrisi akut.

Lebih dari 116.000 ton bantuan pangan yang cukup untuk memberi makan satu juta orang selama empat bulan sudah ditempatkan di jalur bantuan, namun Israel belum mengizinkan badan kemanusiaan membawanya masuk ke wilayah pendudukan tersebut.

Badan anak-anak PBB memperkirakan “puluhan ribu” kasus malnutrisi akan muncul dalam setahun ke depan, karena Gaza berada di ambang kelaparan.

Anatomi seorang anak kelaparan

Fisiologi anak yang kelaparan berbeda dengan orang dewasa. Tidak seperti orang dewasa yang memiliki cadangan energi, anak-anak mengalokasikan sebagian besar nutrisinya untuk pertumbuhan dan perkembangan otak. Mereka tidak memiliki simpanan yang bisa diandalkan.

“Bahkan cadangan energi kecil yang biasanya dimiliki anak dalam kondisi normal sudah lama habis bagi anak-anak di Gaza,” ujar Tampellini. “Mereka sudah lama tidak makan dengan layak.”

Dampaknya melampaui tampilan fisik yang kurus kering. Kelaparan pada tingkat ini menghambat pertumbuhan, melemahkan tulang, dan mengganggu sistem kekebalan. Gejala khas seperti mata cekung, lengan tulang-belulang, perut buncit — diiringi kelesuan yang sangat mendalam.

Menurut Tampellini, bertahan dari kelaparan bahkan lebih sulit bagi anak-anak Gaza karena mereka hidup di zona perang dengan kekurangan makanan parah selama hampir 20 bulan.

Kelaparan kronis juga menyebabkan hilangnya nafsu makan, karena anak-anak yang sangat lapar bahkan kehilangan dorongan untuk makan. Kemampuan mereka untuk tetap fokus dan memperhatikan semakin menurun setiap harinya.

“Tubuh yang kekurangan gizi adalah tubuh yang kekebalannya terganggu,” tambah Tampellini. “Jadi bahkan diare ringan atau infeksi kecil bisa berdampak besar dan lebih sering terjadi. Anak yang kekurangan gizi akan lebih lama sakit.”

Lebih buruk lagi, infrastruktur medis di Gaza hancur. “Kemampuan mereka untuk menangani penyakit seperti diare atau pneumonia jauh menurun dibanding sebelumnya,” ujar Tampellini.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hanya 19 dari 36 rumah sakit di Gaza yang masih berfungsi, dan itu pun dalam kondisi yang disebut sebagai “mustahil”. Setidaknya 94 persen rumah sakit di Gaza rusak atau hancur, sementara wilayah utara Gaza hampir sepenuhnya kehilangan layanan kesehatan.

Direktur darurat WHO, Michael Ryan, menyatakan bahwa seluruh penduduk Gaza kini “dalam bahaya kematian yang nyata.” “Kita perlu mengakhiri kelaparan, membebaskan semua sandera, dan memulihkan sistem kesehatan,” ujarnya.

Kesehatan mental terancam

Bahkan ketika tubuh mulai runtuh, dampak kelaparan pada pikiran anak-anak tidak kalah mengerikan.

Dampak psikologis dari kekurangan gizi ekstrem bersifat mendalam, tak terduga, dan seringkali tak terlihat, ungkap Rabia Yavuz, psikolog klinis dari Universitas Medipol Istanbul kepada TRT World.

“Kelaparan memberi sinyal bahaya ke tubuh, memaksa otak masuk ke mode bertahan hidup,” jelasnya. “Dalam kondisi ini, fungsi-fungsi otak tingkat tinggi seperti fokus, belajar, dan pengendalian emosi disingkirkan.”

Seorang anak yang kelaparan bisa menjadi mati rasa, cemas, atau sangat waspada. Alih-alih membayangkan masa depan, pikirannya terjebak dalam ketidakpastian yang putus asa.

“Kelaparan tidak hanya menggerogoti perut. Ia mengikis dasar stabilitas mental,” ujarnya.

Jika seorang anak berhasil bertahan hidup dari kelaparan kronis, mereka bisa tumbuh menjadi orang dewasa yang kesulitan mempercayai orang lain, merasa aman, mengendalikan emosi, atau menjalin hubungan yang sehat, tambahnya.

“Sistem saraf belajar dari pengalaman… Di kemudian hari, ini bisa muncul sebagai kecemasan, depresi, perasaan tidak layak, atau bahkan penyakit fisik.”

SUMBER:TRT World and Agencies
Lihat sekilas tentang TRT Global. Bagikan umpan balik Anda!
Contact us