Sedikitnya 62 orang dilaporkan tewas dan 50 lainnya masih hilang setelah banjir besar melanda desa-desa di sepanjang Danau Tanganyika, Provinsi Kivu Selatan, Republik Demokratik Kongo (DRC), pada Jumat (10/5) pagi. Banjir terjadi sekitar pukul 05.00 waktu setempat dan menghanyutkan rumah-rumah di Desa Kasaba, sektor Ngandja, menurut kesaksian warga.
Hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut menyebabkan luapan air yang menghancurkan permukiman dan memutuskan jalur komunikasi. Kondisi ini membuat upaya pencarian korban menjadi sangat sulit.
"Situasi sangat genting. Kepala sektor, kepala desa, dan aparat lokal semuanya berada di lapangan. Palang Merah adalah satu-satunya organisasi kemanusiaan yang telah tiba di lokasi. Penilaian menyeluruh belum bisa dilakukan karena proses pencarian jenazah masih berlangsung," ujar Menteri Kesehatan Provinsi Kivu Selatan, Theophile Walulika Muzaliwa, kepada Arab News melalui sambungan telepon.
Bencana ini terjadi hanya beberapa minggu setelah hujan lebat menewaskan 33 orang di ibu kota negara, Kinshasa. Kerusakan infrastruktur di berbagai wilayah negara telah memperburuk dampak bencana alam, sementara tanggapan kemanusiaan terkendala oleh konflik yang masih berlangsung di bagian timur negara itu.
Sejak awal tahun, bentrokan antara pasukan pemerintah dan kelompok bersenjata meningkat tajam, terutama di wilayah timur. Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebut kondisi ini sebagai salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia saat ini.