Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan bahwa sebanyak 45 kasus kelumpuhan otot akut (acute flaccid paralysis/AFP) telah tercatat di wilayah tersebut dalam dua bulan terakhir—lonjakan yang belum pernah terjadi sebelumnya di tengah krisis kemanusiaan yang memburuk akibat blokade Israel.
“Tanpa kemampuan untuk diagnosis yang akurat, kasus-kasus ini mungkin disebabkan oleh virus polio atau sindrom Guillain-Barre,” kata kementerian dalam pernyataan pada Selasa.
Lonjakan kasus AFP ini dikaitkan dengan kondisi lingkungan dan kesehatan masyarakat yang sangat buruk akibat serangan dan blokade Israel.
Kementerian mengaitkan kelumpuhan ini dengan malnutrisi parah, pencemaran air, runtuhnya sistem pembuangan limbah, penumpukan sampah, dan merebaknya penyakit menular—faktor-faktor yang turut memicu gangguan neurologis yang menyebabkan kelemahan otot mendadak dan bisa berujung pada kelumpuhan permanen.
Pihak kementerian mengeluarkan seruan kemanusiaan darurat, mendesak lembaga-lembaga internasional dan organisasi bantuan untuk segera turun tangan menghentikan agresi, menyelamatkan sistem kesehatan, dan mengatasi keruntuhan kondisi hidup di Gaza.
Krisis kemanusiaan yang memburuk
Gaza tengah menghadapi salah satu krisis kemanusiaan terburuk dalam sejarahnya, dengan kelaparan yang semakin parah dan berlangsung bersamaan dengan genosida oleh Israel yang telah berlangsung sejak 7 Oktober 2023.
Kementerian Kesehatan mengumumkan bahwa enam pusat medis, termasuk sebuah rumah sakit dan stasiun oksigen utama Gaza, telah berhenti beroperasi akibat kekurangan bahan bakar setelah Israel menutup seluruh akses perbatasan sejak Maret 2025.
Kementerian juga memperingatkan bahwa seluruh rumah sakit yang tersisa bisa berhenti beroperasi dalam waktu 48 jam jika pasokan bahan bakar dan alat medis tidak segera dikembalikan.
Pejabat kesehatan melaporkan bahwa sejak Oktober, sebanyak 101 warga Palestina—80 di antaranya anak-anak—meninggal dunia akibat kelaparan dan malnutrisi, termasuk 15 orang (empat di antaranya anak-anak) hanya dalam 24 jam terakhir.
Kantor Media Pemerintah Gaza memperingatkan pada Minggu bahwa wilayah tersebut berada di ambang “kematian massal” setelah lebih dari 140 hari berturut-turut tanpa akses terhadap bantuan kemanusiaan.
Sejak Oktober, kampanye militer Israel telah menewaskan lebih dari 59.100 warga Palestina—kebanyakan perempuan dan anak-anak—serta menghancurkan infrastruktur Gaza.