Pemimpin oposisi Israel, Yair Golan, menyalahkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan para menterinya atas penembakan dua staf kedutaan Israel di Washington.
Dalam pernyataannya pada Kamis, Golan, yang merupakan ketua Partai Demokrat, mengatakan bahwa retorika para menteri pemerintah Israel telah memungkinkan insiden tersebut terjadi.
Menurutnya, pemerintahan Netanyahu “adalah pihak yang menyulut anti-Semitisme dan kebencian terhadap Israel, dan hasilnya adalah isolasi diplomatik yang belum pernah terjadi sebelumnya serta bahaya yang mengancam setiap orang Yahudi di seluruh dunia.”
Golan berjanji akan menggantikan pemerintahan saat ini dan “mengembalikan rasa aman bagi seluruh orang Yahudi, baik di Israel maupun di mana pun mereka berada.”
Netanyahu, di sisi lain, mengklaim bahwa insiden tersebut adalah “konsekuensi dari anti-Semitisme dan hasutan liar terhadap Israel.”

Ia menambahkan bahwa keamanan akan ditingkatkan di seluruh kedutaan besar Israel di dunia.
Seorang pria bersenjata melepaskan tembakan di dekat Capital Jewish Museum di Washington, DC, pada Rabu malam, menewaskan dua staf Kedutaan Israel.
Presiden AS Donald Trump mengecam insiden tersebut dan menyebutnya sebagai tindakan kekerasan anti-Semit.
Militer Israel, yang menolak seruan internasional untuk gencatan senjata, terus melancarkan serangan brutal ke Gaza sejak Oktober 2023 dan telah menewaskan hampir 53.700 warga Palestina — sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Pada November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional atas perang yang dilancarkan di wilayah tersebut.