Saat Musk memperjuangkan partai baru, CEO OpenAI ubah aturan main di Washington
BISNIS DAN TEKNOLOGI
4 menit membaca
Saat Musk memperjuangkan partai baru, CEO OpenAI ubah aturan main di WashingtonSam Altman melenggang di koridor kekuasaan, menawarkan “visi AI yang demokratis” yang bukan sekadar untuk mendapat tepuk tangan.
Sam Altman dijadwalkan hadir di Washington pada hari Selasa, di mana ia akan mengeksplorasi dampak AI dan bagaimana kebijakan dapat mendorong inovasi. / Reuters
22 Juli 2025

Washington, DC — Sam Altman kembali ke Washington. Bukan dengan kemegahan, melainkan dengan tujuan yang jelas.

Saat Presiden AS Donald Trump bersiap menjadi pembicara utama di sebuah konferensi teknologi bertajuk “Winning the AI Race”, dan Elon Musk menjauh dari kubu Republik, Altman, CEO OpenAI, bergerak cepat.

Ia dijadwalkan berbicara pada Selasa bersama Michelle Bowman, wakil ketua pengawas baru di Federal Reserve, dalam sebuah konferensi tentang regulasi keuangan.

Itu bukan panggung yang biasa bagi pendiri perusahaan teknologi. Namun Altman tampaknya lebih tertarik membentuk cara kecerdasan buatan dipahami dalam konteks ekonomi — cerminan dari bagaimana masa kini kita sudah erat terhubung dengan masa depan.

Masa kini itu, menurut data internal OpenAI, sudah sangat besar. Lebih dari 2,5 miliar perintah dimasukkan ke ChatGPT setiap hari, dengan lebih dari 330 juta berasal dari pengguna di Amerika Serikat saja.

Dengan jangkauan ke pengguna sehari-hari, AI kini memberi dampak jauh melampaui kalangan programmer dan peneliti.

“Daya AI yang sebenarnya muncul saat orang-orang yang belum pernah menyentuh teknologi ini mulai menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari,” kata Ryan Chen, pakar teknologi yang berbasis di San Francisco, kepada TRT World.

“Guru, pemilik usaha kecil, pekerja lepas — mereka itu yang paling kami pikirkan.”

TerkaitTRT Global - Pentagon memberikan kontrak senilai AI $200 Juta untuk Google, OpenAI, Anthropic, dan xAI Milik Musk

Politik teknologi yang berbeda

Pendekatan Altman terasa berbeda di ibu kota AS, yang mulai jenuh dengan para raksasa teknologi yang kerap menghindar dari tanggung jawab.

“Ada banyak sensasi, juga banyak ketakutan,” ujar Chen, yang pernah terlibat dengan OpenAI.

“Sam tidak berpura-pura bahwa teknologi ini bisa dihentikan. Fokusnya adalah: apa yang bisa dilakukan terhadapnya.”

Termasuk soal dampaknya terhadap ekonomi.

Dalam sebuah opini di Washington Post, Altman pernah menuliskan, “Jika kita menginginkan dunia yang lebih demokratis, sejarah menunjukkan bahwa satu-satunya pilihan kita adalah mengembangkan strategi AI untuk mewujudkannya — dan bahwa negara serta teknolog yang memimpin punya tanggung jawab untuk membuat pilihan itu sekarang juga.”

Frasa yang diandalkan OpenAI pekan ini adalah “mendemokratisasi AI” — bukan hanya sebagai posisi moral, tetapi juga sebagai strategi ekonomi. Mereka ingin membedakan pendekatan ini dari potensi konsentrasi kekuasaan yang bisa dibawa AI jika tidak diawasi.

“Ini soal distribusi. Siapa yang mendapat manfaat, dan kapan,” tambah Chen.

Grok versi anak dari Musk

Sementara itu, Elon Musk berada di jalur yang sangat berbeda. Awal bulan ini, ia mengumumkan peluncuran “America Party”, gerakan politik baru yang bertujuan menggantikan Demokrat dan Republik.

Langkah itu bertepatan dengan penandatanganan undang-undang perpajakan dan pengeluaran besar oleh Trump — kebijakan yang ditentang keras oleh Musk.

Dua tokoh yang dulu dianggap sekutu ideologis ini kini terlihat makin berjarak.

Sementara itu, di tengah kekhawatiran tentang isi percakapan chatbot miliknya, Musk mengungkapkan bahwa versi ramah anak dari Grok sedang dikembangkan.

Akhir pekan lalu, ia menulis di X bahwa perusahaannya, xAI, tengah mengerjakan “Baby Grok” — aplikasi terpisah yang dirancang khusus untuk konten aman bagi anak-anak.

Namun Musk tidak memberi rincian lebih lanjut.

TerkaitTRT Global - Elon Musk mengatakan dia telah membentuk partai politik baru di AS

Perebutan narasi AI

Di Washington, saat Trump mengadopsi retorika tentang perlombaan teknologi dan raksasa AI memperkuat pengaruhnya, beberapa pihak khawatir bahwa alat masa depan akan berakhir di tangan segelintir orang.

“Ada pilihan antara memusatkan kekuasaan atau menyebarkannya,” kata Chen.

Pesan itu akan terus muncul sepanjang pekan ini saat Altman bertemu dengan anggota parlemen dan pejabat lembaga, sementara Gedung Putih bersiap merilis AI Action Plan setebal 20 halaman yang telah lama dinantikan.

Para ahli memperkirakan rencana tersebut akan bersifat regulasi ringan dan lebih condong pada pertumbuhan berbasis pasar.

Penelitian tentang kecerdasan buatan dipenuhi prediksi berani. IMF memperingatkan bahwa hampir 40% pekerjaan global akan terdampak. Goldman Sachs memperkirakan peningkatan PDB global sebesar $7 triliun dalam dekade mendatang. McKinsey bahkan memproyeksikan pertumbuhan tahunan antara $17,1 hingga $25,6 triliun.

Taruhannya sangat besar. Dengan Altman hadir di ibu kota dan Trump bersiap tampil di konferensi teknologi, AI generatif bukan lagi sekadar pelengkap — ia kini berada di pusat kekuasaan.

SUMBER:TRT World
Lihat sekilas tentang TRT Global. Bagikan umpan balik Anda!
Contact us