Israel menyatakan akan “menguasai seluruh wilayah Gaza” seiring laporan dari tim penyelamat mengenai puluhan korban tewas dalam serangan yang semakin intensif.
Dengan Gaza berada di bawah blokade total Israel sejak 2 Maret, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa dua juta penduduk di wilayah terkepung tersebut “sedang mengalami kelaparan.”
Dihadapkan pada kritik global yang kian tajam atas krisis kemanusiaan, Israel mengumumkan akan mengizinkan masuknya bantuan terbatas ke Gaza. Lima truk pertama dilaporkan memasuki wilayah itu pada Senin, membawa suplai termasuk makanan bayi.
Kepala bantuan kemanusiaan PBB, Tom Fletcher, mengatakan dalam pernyataannya bahwa sembilan truk telah “diberi izin masuk... namun ini hanya setetes air di lautan dibanding kebutuhan mendesak yang ada.”
Juru bicara PBB Stephane Dujarric, yang tidak bisa mengonfirmasi jumlah pasti truk yang berhasil masuk, menyatakan bahwa “belum ada bantuan yang diambil” dari zona penyerahan karena “sudah gelap” dan “dalam kondisi keamanan seperti itu, kami tidak bisa beroperasi.”
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut alasan “praktis dan diplomatik” sebagai dasar dimulainya kembali pengiriman bantuan, mengatakan bahwa “gambar kelaparan massal” bisa merusak legitimasi perang yang dijalankan Israel.
Di Gaza selatan, militer Israel mengeluarkan seruan evakuasi kepada warga Palestina di dalam dan sekitar kota Khan Younis, menjelang serangan yang digambarkan sebagai “belum pernah terjadi sebelumnya.”
Seruan itu muncul setelah militer menyatakan telah memulai “operasi darat besar-besaran” dalam perluasan ofensif terhadap wilayah terkepung tersebut.

Puluhan warga Palestina tewas
Lembaga pertahanan sipil Palestina di Gaza menyatakan bahwa 52 orang tewas dalam serangan Israel pada Senin di berbagai lokasi di wilayah tersebut.
Dalam sebuah video yang diunggah di Telegram, Netanyahu mengklaim bahwa “pertempuran berlangsung sengit dan kami sedang membuat kemajuan.”
“Kami akan menguasai seluruh wilayah Jalur Gaza,” tambahnya.
Kantor Hak Asasi Manusia PBB (OHCHR) mengecam tindakan-tindakan Israel yang disebut “melanggar hukum internasional dan setara dengan pembersihan etnis,” dengan merujuk pada serangan-serangan terbaru, pengusiran massal, “penghancuran metodis terhadap seluruh permukiman,” serta pemblokiran bantuan kemanusiaan.
Netanyahu menegaskan bahwa Israel “tidak akan menyerah. Tapi untuk menang, kita harus bertindak dengan cara yang tidak bisa dihentikan,” sebagai pembenaran kepada para pendukung garis keras atas keputusan melanjutkan pengiriman bantuan.
Risiko kelaparan besar
Israel menyebut blokade yang diberlakukan bertujuan menekan Hamas agar membuat konsesi, sementara badan-badan PBB telah memperingatkan kelangkaan makanan, air bersih, bahan bakar, dan obat-obatan yang makin kritis.
“Berton-ton makanan terblokir di perbatasan, hanya beberapa menit dari lokasi tujuan,” ujar Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
“Risiko kelaparan di Gaza semakin tinggi akibat penahanan bantuan secara sengaja.”
Pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengakui bahwa “banyak orang sedang kelaparan”, dan menambahkan bahwa “kami akan segera tangani itu.”
Sementara itu, sekelompok 22 negara, sebagian besar dari Eropa termasuk Prancis dan Jerman, dalam pernyataan bersama pada Senin mengatakan bahwa populasi Gaza “terancam kelaparan” dan “harus segera menerima bantuan yang mereka sangat butuhkan.”
Namun, Menteri Keamanan Nasional Israel dari sayap kanan, Itamar Ben Gvir, menentang keputusan membuka kembali jalur bantuan. Dalam unggahannya di X, ia menyatakan bahwa “sandera kita tidak menerima bantuan kemanusiaan.”
Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, yang juga berasal dari kubu ekstrem kanan, mendukung keputusan tersebut, menekankan bahwa tak ada bantuan yang akan sampai ke tangan Hamas.
“Ini akan memungkinkan warga sipil untuk makan dan teman-teman kita di dunia tetap memberi kita perlindungan diplomatik,” ujarnya.
‘Seperti kiamat’
Mohammed Sarhan, warga Khan Younis, mengatakan kepada AFP bahwa kota utama di Gaza selatan itu “terasa seperti kiamat” pada Senin.
“Ada tembakan dari tiap apartemen, api di mana-mana, jet tempur F-16 dan helikopter menembaki,” ujarnya.
Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, sebelumnya menyerukan kepada warga Palestina di kota Gaza dan daerah sekitarnya untuk “segera” meninggalkan “zona pertempuran yang berbahaya.”
Rekaman dari AFPTV menunjukkan sebuah helikopter terbang di atas kota, sementara di Rumah Sakit Nasser, seorang anak laki-laki dengan pakaian olahraga sedang dirawat, dan dua bocah lainnya—keduanya tanpa alas kaki dan berdarah—duduk di lantai.
Lebih ke utara, di Deir al Balah, Ayman Badwan berduka atas kematian saudaranya dalam sebuah serangan.
“Kami lelah dan hancur–– kami tak sanggup lagi,” kata dia kepada AFP.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza menyatakan setidaknya 3.340 orang telah tewas sejak Israel melanjutkan serangan brutalnya pada 18 Maret, menjadikan total korban tewas dalam perang ini mencapai 53.486 jiwa.
