DUNIA
2 menit membaca
Haiti menuju keruntuhan akibat kekerasan kelompok kriminal yang meningkat, kata PBB
Dewan Keamanan PBB memperingatkan tentang meningkatnya ketidakamanan, wabah kolera dan kekerasan berbasis gender, terutama di Port-au-Prince.
Haiti menuju keruntuhan akibat kekerasan kelompok kriminal yang meningkat, kata PBB
Negara termiskin di Belahan Barat, Haiti, tidak stabil secara politik, dan sebagian besar wilayah negara tersebut dikuasai oleh geng-geng bersenjata yang bermusuhan. / Reuters
22 April 2025

Haiti, yang tengah menghadapi kekerasan geng yang semakin meningkat dalam beberapa minggu terakhir, berada di ambang "titik tanpa jalan kembali" yang bisa berujung pada "kekacauan total," demikian peringatan dari perwakilan khusus PBB untuk negara Karibia tersebut.

"Seiring meluasnya kekerasan geng ke wilayah-wilayah baru, masyarakat Haiti semakin rentan dan semakin skeptis terhadap kemampuan negara untuk memenuhi kebutuhan mereka," kata Maria Isabel Salvador kepada Dewan Keamanan PBB pada hari Senin.

"Haiti bisa menghadapi kekacauan total," tambahnya, sambil menegaskan bahwa bantuan internasional sangat dibutuhkan untuk mencegah hal tersebut. "Saya mendesak Anda untuk tetap terlibat dan memenuhi kebutuhan mendesak negara ini dan rakyatnya."

Salvador juga mencatat adanya wabah kolera dan kekerasan berbasis gender di tengah memburuknya situasi keamanan, terutama di ibu kota, Port-au-Prince, di mana pihak berwenang kesulitan untuk mengatasi keadaan.

Ketidakstabilan dan Kekerasan yang Meningkat

Sebagai negara termiskin di Belahan Barat, Haiti secara politik sangat tidak stabil, dan sebagian besar wilayahnya kini berada di bawah kendali geng-geng bersenjata yang saling bersaing.

Geng-geng ini menjalankan praktik pemerasan dan telah melakukan pembunuhan, pemerkosaan, serta penculikan untuk meminta tebusan.

Kelompok-kelompok bersenjata ini saling bertempur untuk menguasai Port-au-Prince, dengan bentrokan semakin intensif karena geng-geng saingan berusaha memperluas wilayah kekuasaan mereka.

Pasukan yang dipimpin oleh Kenya dan disahkan oleh PBB hingga saat ini belum berhasil menekan geng-geng tersebut.

Misi ini memiliki sekitar 1.000 petugas polisi dari enam negara, meskipun awalnya direncanakan untuk memiliki 2.500 personel.

SUMBER:AFP
Lihat sekilas tentang TRT Global. Bagikan umpan balik Anda!
Contact us