Dapatkah DeepSeek AI berbiaya rendah dan open source milik Tiongkok ini mendemokratisasi lanskap AI?
BISNIS DAN TEKNOLOGI
4 menit membaca
Dapatkah DeepSeek AI berbiaya rendah dan open source milik Tiongkok ini mendemokratisasi lanskap AI?Startup kecil dari Tiongkok ini menyebabkan gelombang di dunia teknologi dengan model yang lebih murah yang juga menantang dominasi raksasa Silicon Valley.
Model open-source DeepSeek mulai menantang dominasi model AI, aplikasi gratis menjadi aplikasi No. 1 yang diunduh di toko iPhone Apple pada hari Senin. / Foto: Reuters
31 Januari 2025

Sebuah perusahaan Tiongkok yang sebelumnya kurang dikenal telah mengguncang industri teknologi dengan pendekatan revolusionernya dalam training dan aksesibilitas Large Language Model (LLM), menyaingi raksasa AI Amerika Serikat dengan biaya yang jauh lebih rendah.

DeepSeek, Perusahaan AI yang berbasis di Hangzhou, klaim bahwa ia hanya membutuhkan waktu dua bulan dan biaya kurang dari $6 juta untuk membangun model AI menggunakan chip Nvidia H800 yang dianggap kurang canggih. Sebagai perbandingan terhadap OpenAI, Meta, dan Google telah menghabiskan miliaran dolar untuk model AI serupa.

Namun, hal yang membuat DeepSeek menonjol bukan hanya biayanya yang rendah, tetapi juga filosofi open-source yang diusungnya. Langkah radikal ini telah memicu persaingan sengit di sektor yang sedang berkembang pesat ini.

Model R1, yang dirilis di bawah lisensi MIT, memungkinkan siapa saja untuk mengunduh, mengadaptasi, dan menyempurnakan sistem tersebut. Sementara pengguna model ini diharuskan mematuhi aturan moderasi konten di Tiongkok, pengguna di luar Tiongkok memiliki kebebasan penuh untuk memodifikasi model tersebut — fitur yang juga diadopsi oleh Perplexity AI.

Setelah pengumuman model R1, saham perusahaan teknologi besar Amerika, termasuk Nvidia dan perusahaan yang didukung OpenAI, mengalami penurunan tajam, dengan total kerugian nilai pasar mencapai $1 triliun.

Presiden AS Donald Trump menyebut DeepSeek sebagai “perkembangan positif” tetapi memperingatkan bahwa ini harus menjadi “peringatan” bagi industri Amerika untuk mempertahankan keunggulan kompetitif mereka.

Sementara itu, Nvidia menggambarkan R1 sebagai “kemajuan AI yang luar biasa”, dan salah satu kapitalis ventura teknologi paling berpengaruh di Silicon Valley, Marc Andreessen, menyebut model R1 sebagai “Sputnik-nya AI”.

CEO OpenAI, Sam Altman, juga memuji saingannya dari Tiongkok ini, dengan mengatakan bahwa “sangat menyenangkan memiliki pesaing baru.”

Pendekatan hemat biaya yang diusung oleh perusahaan Tiongkok ini kini menimbulkan pertanyaan menarik: apakah ini menandai awal era AI yang lebih inklusif dan mudah diakses, di mana inovasi tidak lagi menjadi hak istimewa raksasa teknologi saja?

Pembelajaran Penguatan’

Keberhasilan DeepSeek berasal dari ketergantungannya pada pembelajaran penguatan (reinforcement learning/RL), sebuah pendekatan yang memungkinkan perusahaan ini menghindari metode yang membutuhkan sumber daya besar seperti yang digunakan oleh para pesaingnya.

Metode RL memungkinkan sistem untuk mengembangkan keterampilan penalaran tingkat lanjut dengan memberikan penghargaan atas hasil yang benar tanpa memerlukan dataset yang sudah diberi label sebelumnya.

Makalah R1 milik perusahaan ini mengungkapkan bahwa model AI-nya dilatih sepenuhnya melalui metode coba-coba ini. Meskipun menggunakan metode yang tidak konvensional, model ini mencapai hasil yang sebanding dengan rilis terbaru OpenAI, unggul dalam tantangan pemrograman, pemecahan masalah matematika, dan tugas penalaran umum.

“Model open-source mungkin menghadapi perkembangan awal yang lebih lambat karena keterbatasan sumber daya, Namun mereka berhasil memanfaatkan kontribusi dan perspektif yang lebih luas, yang pada akhirnya dapat menghasilkan solusi yang lebih kuat dan adaptif,” kata Cagatay Odabasi, seorang insinyur riset di Fraunhofer IPA di Stuttgart, Jerman.

Ia menambahkan bahwa perusahaan besar tidak dapat menandingi “skala besar sumber daya manusia” yang secara alami berasal dari pendekatan berbasis komunitas, meskipun mereka memiliki pendanaan besar yang tidak dimiliki oleh komunitas tersebut.

Model open-source perusahaan ini, yang dimulai dengan biaya hanya $0,50 per bulan, telah mulai menentang dominasi model AI yang mahal dan bersifat tertutup, menjadikan DeepSeek aplikasi gratis yang paling banyak diunduh di App Store Apple pada hari Senin.

“Keterbukaan ini tanpa diragukan lagi memberikan tekanan pada penyedia AI untuk berinovasi lebih agresif agar tetap relevan dan kompetitif, menurunkan harga, dan menawarkan ketentuan yang lebih baik terkait privasi pengguna,” kata Odabasi kepada TRT World.

“Hal Ini mendemokratisasi akses AI yang kuat, memungkinkan para aktor kecil dan peneliti untuk membangun di atas karya yang sudah ada dan berkontribusi pada kemajuan bidang ini.”

Gangguan ini terlihat jelas jika dibandingkan dengan komentar sebelumnya dari Sam Altman, CEO OpenAI. Pada tahun 2023, Altman menolak gagasan bahwa tim kecil dengan anggaran $10 juta dapat bersaing dalam AI, menyebutnya sebagai “benar-benar tidak mungkin”.

Pencapaian DeepSeek kini menantang pernyataan tersebut, menunjukkan bahwa inovasi bukanlah milik monopoli raksasa teknologi saja.

“Saya percaya bahwa setelah model yang begitu kuat dibuat terbuka, komunitas akan selalu menemukan cara inovatif untuk memanfaatkannya dan bahkan meningkatkannya secara efisien,” tambah Odabasi.

SUMBER: TRT WORLD DAN AGENSI

Lihat sekilas tentang TRT Global. Bagikan umpan balik Anda!
Contact us