BISNIS DAN TEKNOLOGI
4 menit membaca
Penarikan tarif AS atas China mengungkap kelemahan strategi ekonomi Trump
Penarikan kembali kebijakan tarif impor oleh pemerintahan Trump menunjukkan ketangguhan raksasa Asia tersebut. Namun, perang dagang ini juga mengungkap beberapa kerentanan yang dimiliki China.
Penarikan tarif AS atas China mengungkap kelemahan strategi ekonomi Trump
Pertemuan Trump-Jinping pada tahun 2019. / Reuters
21 Mei 2025

Kesepakatan dagang terbaru antara China dan Amerika Serikat—jika memang menandai akhir dari pendekatan agresif AS—menutup sebuah perjalanan yang dari awal banyak dinilai tidak masuk akal.

Dari menarget negara-negara dengan defisit perdagangan hingga menghukum negara yang membalas kebijakannya, strategi pemerintahan Trump sering kali justru berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai. Bahkan dalam beberapa hal, kebijakan itu tampak lebih menguntungkan Beijing dibanding sekutu-sekutu lamanya sendiri.

Pemangkasan tarif besar-besaran saat ini, yang dipicu oleh tekanan biaya dalam negeri dan bukan karena konsesi dari pihak China, memperlihatkan batas kesanggupan ekonomi AS dalam menanggung rasa sakit. Lebih dari itu, kebijakan tarif justru menggarisbawahi betapa dalamnya ketergantungan yang semula ingin mereka putus.

China—ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS—tampil dari pertempuran ini dengan wajah tenang. Bahkan, bisa dibilang posisi geopolitiknya malah makin kokoh.

Menurut Sebastian Contin Trillo-Figueroa, seorang analis geopolitik yang berbasis di Hong Kong, kekuatan sesungguhnya dari respons China terletak pada "dimensi performatif dari proyeksi kekuatan," yang dalam banyak kasus justru lebih berdampak dibanding keuntungan ekonomi sesaat.

Ketegasan China dalam menghadapi ancaman tarif dari AS bukan sekadar gertakan. Di baliknya, ada keyakinan mendalam bahwa bersikap lunak justru mengundang agresi lebih lanjut.

Seperti yang pernah disampaikan langsung oleh Beijing: "berlutut hanya akan mengundang lebih banyak intimidasi." Bagi mereka, ini bukan sekadar slogan, tapi pelajaran nyata dari pengalaman Jepang menghadapi tekanan ekonomi AS—mulai dari pembatasan ekspor, desakan membuka pasar, hingga Perjanjian Plaza yang hingga kini dianggap berkontribusi pada stagnasi ekonomi Jepang.

Pemain global

Kemandirian ekonomi yang terus tumbuh menjadi fondasi utama keteguhan China.

Negeri ini tak lagi bergantung sepenuhnya pada pasar Amerika. Permintaan domestik yang masif dan kemitraan global yang terus berkembang memberi bantalan kuat terhadap tekanan sepihak.

Ironisnya, upaya untuk memisahkan rantai pasok global dari China justru mendorong inovasi dan kemandirian di dalam negeri. Kekuatan ekonomi ini, ditambah keyakinan akan jalur pembangunan mereka sendiri, membuat China tak goyah menghadapi tekanan luar.

Namun meski tampil tangguh, China tetap merasakan dampak dari perang dagang. Ekspor ke AS sempat mengalami kontraksi di beberapa periode, dan sejumlah sektor usaha terpaksa mulai mencari pasar dan rantai pasok alternatif di luar AS. Hal ini mendorong banyak perusahaan di China untuk melakukan penyesuaian dan merancang ulang strategi mereka.

TerkaitTRT Global - Mengapa ancaman tarif Trump adalah uji coba bagi BRICS

Namun begitu, meski menunjukkan sikap tegas, China dan AS tetap saling bergantung secara ekonomi. Upaya “decoupling” atau pemisahan total antara kedua ekonomi raksasa ini masih menjadi proses yang rumit dan berisiko tinggi bagi keduanya.

Perlambatan ekonomi global yang semakin parah akibat perang dagang turut menjadi tantangan bagi laju pertumbuhan ekonomi China. Meski Beijing terus mendorong permintaan domestik dan memperkuat hubungan dagang alternatif, tekanan tetap terasa.

Kendati demikian, data perdagangan bulan April menunjukkan bahwa ekspor China secara keseluruhan masih tumbuh. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan perdagangan dengan mitra-mitra strategis seperti ASEAN dan Uni Eropa, yang memberi bantalan terhadap dampak tarif dari AS.

Gagasan bahwa tarif bisa membuat Beijing menyerah total jelas mengabaikan pelajaran sejarah dan kekuatan pengaruh global China yang terus berkembang. Justru, kebijakan ini lebih mencerminkan kecemasan AS sendiri.

Di tengah gempuran strategi tarif AS, kepemimpinan China tidak bersikap pasif.

Beijing menyadari bahwa tensi yang meningkat dan kompleksitas perang dagang bukanlah hal yang bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Mereka sudah lama mempersiapkan diri untuk menghadapi pertarungan yang berkepanjangan.

Pada bulan April, China memberi sinyal bahwa mereka tengah menyelaraskan manajemen ekonomi dalam negeri dengan konflik dagang global yang tengah berlangsung. Fokusnya adalah pada “pemikiran garis bawah” dan perencanaan kontingensi yang menyeluruh.

Strategi yang timpang

Namun pada akhirnya, hasil dari strategi AS justru memperlihatkan keterbatasan dari sebuah kebijakan yang cacat dan menyingkap kerentanan ekonomi internalnya sendiri.

Langkah mundur dari kebijakan tarif—yang didorong oleh kekhawatiran atas “rak-rak kosong, lalu lintas kontainer yang merosot, dan kegagalan bisnis kecil”—menggambarkan betapa rentannya ekonomi AS terhadap gangguan hubungan dagang dengan China.

Reaksi pasar yang gelisah setiap kali kebijakan tarif diumumkan juga memperkuat sinyal kerentanan tersebut.

Ketergantungan AS terhadap China, yang selama ini justru disebut sebagai ancaman terhadap keamanan nasional, kini menjadi alasan utama mengapa pemisahan ekonomi—termasuk melalui tarif—begitu menyakitkan dan tidak mudah dijalankan.

Fakta bahwa tekanan ekonomi dalam negeri memaksa Washington untuk memangkas tarif secara signifikan menunjukkan batas kemampuan AS dalam menanggung beban ekonomi demi mengejar tujuan dagang.

Hal ini juga memperjelas bahwa kemampuan AS untuk menggunakan tarif sebagai alat pemaksaan sangat dibatasi oleh keterkaitan ekonomi yang begitu dalam dengan China.

Selain itu, dengan terlalu menekankan “performa kekuatan” dalam berpolitik—dan berisiko menjauhkan sekutu—AS berpotensi merusak posisi geopolitiknya dalam jangka panjang hanya demi manuver ekonomi jangka pendek.

SUMBER:TRT World and Agencies
Lihat sekilas tentang TRT Global. Bagikan umpan balik Anda!
Contact us