Gaza: Medics Under Fire — mengapa BBC membungkam berita mereka?
PERANG GAZA
5 menit membaca
Gaza: Medics Under Fire — mengapa BBC membungkam berita mereka?Ketika para tenaga medis Gaza mengungkap sisi kemanusiaan perang, diamnya BBC atas dokumenter ini menimbulkan pertanyaan besar tentang siapa yang layak didengar.
Di rumah sakit Gaza yang porak poranda, para dokter mengenakan pakaian bedah usang, wajah mereka penuh kelelahan, mata mereka berat karena duka namun teguh dengan tekad – mencoba untuk tetap bertahan hidup saat semua yang ada di sekitar mereka hancur berantakan. / Reuters
28 Mei 2025

Di rumah sakit-rumah sakit Gaza yang hancur, para dokter dengan seragam lusuh, wajah penuh kelelahan, mata sayu karena duka namun tetap tegar — berusaha menjaga nyawa di tengah kehancuran total.

Selama lebih dari 14 bulan, perjuangan mereka didokumentasikan, merekam perjuangan sehari-hari untuk menyelamatkan warga sipil.

Kesaksian para dokter ini, direkam di ruang gawat darurat dan klinik yang luluh lantak, menjadi inti dari Gaza: Medics Under Fire — sebuah dokumenter langka yang memberikan jendela eksklusif ke dalam sistem kesehatan yang runtuh akibat serangan tanpa henti dari Israel.

Film ini diproduksi secara independen oleh Basement Films dan telah dinyatakan lolos secara hukum, editorial, dan jurnalistik untuk tayang di BBC sejak beberapa bulan lalu.

Namun kini, tanpa alasan jelas, BBC menundanya tanpa batas waktu.

Meski terus menuai kritik karena menunda rilis dokumenter tersebut, beberapa sumber internal menyebut keputusan itu berkaitan dengan film lain berjudul Gaza: How to Survive a Warzone. Film tersebut ditarik setelah diketahui naratornya adalah anak dari seorang pejabat Hamas — sebuah keterkaitan keluarga yang sebelumnya tidak diungkap dan memicu peninjauan internal.

Meski tak ada pengakuan resmi, para sumber dan pengamat menilai bahwa tekanan politik — baik dari dalam maupun dari kelompok lobi pro-Israel — mungkin memengaruhi kehati-hatian BBC dalam “menyimpan” Gaza: Medics Under Fire.

Apa alasannya?

BBC menyatakan penundaan itu terkait dengan tinjauan internal atas film lain: Gaza: How to Survive a Warzone, sebuah dokumenter asal Inggris yang dijadwalkan tayang tahun 2025.

Film tersebut, hasil kerja sama BBC Current Affairs dan This World, menjadi kontroversi setelah publik mengetahui bahwa Hammash — naratornya — adalah putra Yahya al-Yazouri, wakil menteri pertanian dalam pemerintahan Hamas di Gaza. BBC mengakui bahwa mereka gagal mengungkap hubungan keluarga ini sebelum penayangan.

Namun, menyamakan kedua film tersebut adalah hal yang menyesatkan. Gaza: Medics Under Fire sepenuhnya independen dan bebas dari afiliasi politik. Film ini disutradarai oleh jurnalis-jurnalis ternama: Ben de Pear, Karim Shah, dan Ramita Navai. Tidak ada narasi politik dalam film — hanya kesaksian langsung dari mereka yang mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkan orang lain.

“Bukan kehati-hatian editorial, tapi penekanan politik”

Lebih dari 600 tokoh terkemuka — termasuk Susan Sarandon, Juliet Stevenson, dan Miriam Margolyes — telah menandatangani surat terbuka yang menuntut BBC membatalkan penundaan tersebut.

“Ini bukan soal kehati-hatian editorial. Ini penekanan politik,” demikian isi surat itu. “Tak ada organisasi berita yang seharusnya diam-diam memutuskan siapa yang pantas didengar. Film penting ini harus disaksikan publik, dan keberanian para narasumbernya harus dihargai.”

Kini muncul kabar bahwa para tenaga medis Palestina dan narasumber dalam film tersebut mengancam akan menarik izin tayang jika dokumenter terus dikubur.

Banyak dari mereka mempertaruhkan nyawa demi bersuara. Kini mereka takut kesaksian mereka akan dihapus — oleh platform yang semula berjanji akan menyiarkannya.

Seperti dilaporkan The Guardian, juru bicara Basement Films menyatakan:

“Kami kembali meminta maaf kepada mereka yang telah mempercayakan kisahnya kepada kami… Wajar bila kini banyak kontributor dan para pengambil gambar dari Gaza mulai mempertimbangkan kembali izin tayang mereka, mengingat film ini telah berbulan-bulan ditunda, padahal sudah disetujui dan diapresiasi oleh sebagian pimpinan senior BBC News.”

Selain itu, Health Workers 4 Palestine dalam pernyataannya mengatakan: “Para tenaga kesehatan dalam film ini telah menyaksikan begitu banyak kolega mereka terbunuh, dan mempertaruhkan nyawa bukan hanya untuk merawat pasien, tapi juga untuk mendokumentasikan dan mengungkap serangan Israel yang terus-menerus terhadap fasilitas dan staf medis.”

Mereka menyatakan solidaritas terhadap tenaga medis Gaza “yang suaranya dibungkam,” dan menyebut kisah mereka “dikubur oleh birokrasi dan sensor politik.”

“Jika suara dokter Palestina tidak dianggap kredibel — seperti halnya suara anak-anak Palestina yang sebelumnya juga diabaikan — maka siapa yang dianggap layak oleh BBC untuk didengar?”

Basement Films juga mengecam penundaan tersebut dan secara terbuka menyampaikan kekecewaannya:

“Setiap hari film ini ditunda, BBC gagal menjalankan komitmennya untuk memberi informasi kepada publik, gagal menjalankan tanggung jawab jurnalistiknya untuk melaporkan kebenaran, dan gagal melindungi para kontributor pemberani ini.”

Para pembuat film, narasumber, dan semakin banyak tokoh budaya maupun politik kini terus menuntut agar BBC menjalankan tanggung jawabnya — tidak hanya dalam aspek editorial, tapi juga dalam menegakkan kebenaran.

Apakah semua kebenaran dianggap setara?

Lembaga penyiaran publik Inggris ini telah lama dikritik karena dianggap condong pada Israel dalam liputannya, dengan kerap mengedepankan pernyataan resmi pemerintah Israel sembari meminimalkan suara-suara dari Palestina.

Penundaan ini pun memunculkan kekhawatiran yang lebih dalam mengenai ketimpangan sistemik dalam bagaimana kehidupan Palestina direpresentasikan — atau justru dihapus — dalam media Barat. Di tengah runtuhnya sistem kesehatan Gaza dan terus bertambahnya korban jiwa, keputusan untuk menyimpan film yang menyoroti kehidupan dan kehilangan para tenaga medis Palestina menyampaikan pesan yang mengerikan.

Sejak Oktober 2023, lebih dari 52.800 warga Palestina telah tewas akibat serangan brutal Israel di Gaza — sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.

Hingga Mei 2025, lebih dari 1.400 tenaga medis dilaporkan terbunuh saat bertugas. Dokter, perawat, paramedis, dan ahli bedah telah dibom di rumah sakit, tertimbun reruntuhan, atau sengaja diserang saat mengoperasikan ambulans yang telah ditandai dengan jelas.

Komisi Penyelidikan PBB menyatakan bahwa serangan-serangan ini bisa termasuk dalam kategori kejahatan perang, dan dalam beberapa kasus, kejahatan terhadap kemanusiaan berupa pemusnahan massal. Israel saat ini juga tengah menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di wilayah Gaza.

Dalam konteks ini, menyimpan sebuah film yang menampilkan para dokter Palestina bukanlah tindakan netral. Ini justru menjadi bagian dari pola di media Barat, di mana penderitaan rakyat Palestina dipinggirkan — atau bahkan dihapus sepenuhnya.

BBC menyatakan akan mengambil keputusan mengenai penayangan dokumenter tersebut “pada waktunya,” namun belum memberikan tenggat waktu maupun transparansi atas proses tersebut.

SUMBER:TRT World and Agencies
Lihat sekilas tentang TRT Global. Bagikan umpan balik Anda!
Contact us