Bursa saham Asia mengalami penguatan pada awal pekan ini, dipimpin oleh Indonesia dan Singapura, di tengah arus masuk investor dan optimisme terhadap saham defensif. Saham-saham di Jakarta menguat untuk hari keenam berturut-turut, sementara indeks utama di Singapura mencetak rekor tertinggi baru untuk hari kesembilan.
Di Indonesia, IHSG naik 1,3 persen ke level tertinggi sejak 18 Juni. Katalis utama datang dari pengumuman penyedia indeks global MSCI bahwa tiga perusahaan milik grup Barito—Barito Renewables, Petrindo Kreasi Jaya, dan Petrosea—berpeluang masuk ke dalam daftar indeks di masa depan. Ketiga saham tersebut melonjak antara 15,7 hingga 18,6 persen.
"Penguatan hari ini turut didorong oleh kejelasan dari MSCI bahwa saham-saham grup Barito tidak lagi dianggap sebagai pengecualian. Ini membuka peluang aliran dana pasif dari investor global," ujar Mohit Mirpuri, manajer dana di SGMC Capital.
Mata uang melemah, investor pantau ketegangan perdagangan AS
Sementara pasar saham regional bergerak positif, pasar mata uang Asia cenderung datar dengan kecenderungan melemah. Dolar Singapura turun 0,09 persen, meski indeks Straits Times (STI) masih naik 0,39 persen secara harian dan telah mencatatkan kenaikan tahunan sebesar 8,34 persen.
Mata uang Indonesia, rupiah, turun 0,17 persen di tengah penguatan IHSG sebesar 0,51 persen pada hari yang sama. Di sisi lain, baht Thailand mencatat penguatan tipis sebesar 0,05 persen, didukung oleh lonjakan harga emas global. Thailand, sebagai salah satu pusat perdagangan emas dunia, sering mengalami penguatan baht saat harga emas naik. Indeks SETI Thailand juga naik 0,24 persen meski secara tahunan masih terkoreksi 19,74 persen.
Pasar saham lainnya di Asia menunjukkan pergerakan yang bervariasi:
Jepang: Indeks Nikkei melemah 0,21 persen meski yen stabil (+0,01%).
Korea Selatan: Indeks KOSPI naik 0,43 persen, sementara won melemah 0,21 persen.
Taiwan: Indeks TWII turun 0,72 persen dan dolar Taiwan melemah 0,05 persen.
China: Bursa naik 0,43 persen, sementara yuan relatif datar.
India: Indeks dan mata uang rupee masing-masing turun 0,21 dan 0,23 persen.
Di Asia Tenggara, peso Filipina dan ringgit Malaysia sama-sama tertekan, masing-masing turun 0,23 persen dan 0,02 persen. Namun indeks saham Filipina mencatatkan kenaikan harian sebesar 0,82 persen, sedangkan bursa Malaysia nyaris stagnan.
Pasar kini menantikan keputusan suku bunga dari Bank Indonesia (BI) yang akan diumumkan pada Rabu. Di tengah ketidakpastian global akibat ancaman tarif baru dari Presiden AS Donald Trump, pelaku pasar memperkirakan bank sentral akan menahan suku bunga.
"Meski inflasi domestik kondusif, tekanan di pasar keuangan global membuat BI kemungkinan akan menunggu lebih lama sebelum menurunkan suku bunga," kata Radhika Rao, ekonom senior dari DBS.
Singapura turut mencatatkan perkembangan positif, dengan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua mencapai 4,3 persen menurut estimasi awal. Hal ini memperkuat sentimen bahwa pemulihan ekonomi di kawasan masih berada di jalur yang stabil, meski diliputi ketidakpastian global.