Televisi negara Iran pada 18 Juni menyerukan kepada pengguna untuk menghapus aplikasi pesan WhatsApp, dengan tuduhan bahwa aplikasi tersebut mengumpulkan informasi pribadi demi keuntungan Israel.
WhatsApp membantah tudingan tersebut sebagai “tidak benar” dan meminta agar orang tidak menggunakan tuduhan itu “sebagai alasan untuk memblokir layanan di saat yang krusial.” Perusahaan menegaskan bahwa aplikasi pesan tersebut menggunakan enkripsi end-to-end dan “tidak menyimpan log pesan, melacak lokasi pengguna, atau membagikan informasi kepada pemerintah secara massal.”
Ahli keamanan siber Gregory Falco menjelaskan bahwa meskipun pesan WhatsApp dienkripsi, metadata — seperti waktu dan frekuensi komunikasi — tetap dapat diakses untuk dianalisis.
Meta, perusahaan pemilik WhatsApp, Facebook, dan Instagram, sebelumnya sudah menghadapi pembatasan di Iran. Pada 2022, otoritas memblokir akses ke aplikasi pesan tersebut di tengah gelombang protes.