Iran mengonfirmasi bahwa negara tersebut tetap berkomitmen pada Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan Perjanjian Pengamanan terkait.
Konfirmasi ini disampaikan pada hari Kamis, sehari setelah Presiden Iran Masoud Pezeshkian menandatangani undang-undang yang disahkan oleh parlemen yang mengharuskan pemerintah untuk menghentikan kerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
“Sesuai dengan undang-undang baru yang disahkan oleh Majlis (parlemen), yang dipicu oleh serangan tidak sah terhadap fasilitas nuklir kami oleh Israel dan AS, kerja sama kami dengan IAEA akan diarahkan melalui Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran demi alasan keamanan yang jelas,” kata Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi di akun X miliknya.
Menteri Iran tersebut mengkritik dukungan Jerman terhadap serangan Israel baru-baru ini terhadap Iran dan fasilitas nuklirnya.
“Jerman juga dengan memalukan mendukung serangan ilegal AS terhadap fasilitas nuklir Iran, yang melanggar hukum internasional, NPT, dan Piagam PBB,” ujarnya.
Araghchi menyatakan bahwa seruan Jerman untuk "pengayaan nol" di Iran sama saja dengan penolakan terhadap kesepakatan nuklir 2015.
“Rakyat Iran sudah kecewa dengan dukungan Jerman yang seperti gaya Nazi terhadap genosida di Gaza, serta dukungannya terhadap (mantan presiden Irak) Saddam dalam perang melawan Iran dengan menyediakan bahan untuk senjata kimia,” tambahnya.
“Dukungan Jerman secara eksplisit terhadap pemboman Iran telah menghapus anggapan bahwa rezim Jerman memiliki niat baik terhadap rakyat Iran.”
Pada hari Rabu, Pemerintah Jerman mengkritik undang-undang baru Iran untuk menghentikan kerja sama dengan IAEA, menyebutnya sebagai "sinyal yang menghancurkan."
Undang-undang tersebut muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Teheran dan badan pengawas nuklir PBB terkait akses pemantauan dan transparansi setelah konfrontasi militer baru-baru ini dengan Israel dan AS.
Konflik selama 12 hari antara Israel dan Iran pecah pada 13 Juni ketika Israel melancarkan serangan udara terhadap situs militer dan nuklir Iran. Teheran membalas dengan serangan rudal dan drone, sementara AS membom tiga situs nuklir Iran.
Konflik tersebut berakhir dengan gencatan senjata yang disponsori AS yang mulai berlaku pada 24 Juni.
