Hitungan mundur tarif: Saat penentuan bagi Uni Eropa di tengah ofensif dagang Trump
Hitungan mundur tarif: Saat penentuan bagi Uni Eropa di tengah ofensif dagang Trump
Pertemuan penting Uni Eropa minggu depan dapat membentuk masa depan hubungan bisnis Eropa dengan AS. Dalam persaingan sengit ini, siapa yang kemungkinan akan menyerah lebih dulu?
15 Juli 2025

Perdagangan lintas Atlantik berada di ujung tanduk seiring kembalinya kebijakan proteksionisme Presiden Donald Trump yang memicu kekhawatiran akan pecahnya perang dagang baru.

Dengan masa tenggang tarif selama tiga bulan akan berakhir akhir pekan ini, pertemuan Dewan Urusan Luar Negeri Uni Eropa pada 14 Juli mendatang bisa menjadi penentu respons Eropa terhadap Washington dan hubungan dagangnya yang semakin rumit dengan China.

Sejak kembali ke Gedung Putih, Trump bergerak cepat menghidupkan kembali kebijakan andalannya: proteksionisme dagang yang agresif. Tarif baru yang diumumkan oleh Gedung Putih dan Departemen Perdagangan AS sangat drastis.

Bea masuk sebesar 50 persen diberlakukan untuk seluruh impor baja dan aluminium, tarif 25 persen untuk mobil dan suku cadangnya, serta pajak “universal” sebesar 10 persen untuk sebagian besar barang impor lainnya.

Trump menyatakan bahwa kebijakan ini didasari alasan keamanan nasional dan ketahanan ekonomi. “Industri Amerika telah diserang,” ujarnya dalam sebuah kampanye di Pennsylvania bulan lalu. “Kami mengambil alih kembali pasar kami dan melindungi lapangan kerja Amerika.”

Namun, bagi para pejabat Uni Eropa, pengumuman ini membangkitkan deja vu. UE menghabiskan sebagian besar masa jabatan pertama Trump terlibat dalam berbagai sengketa dagang, mulai dari subsidi maskapai hingga pajak digital.

Kekhawatiran kini muncul bahwa putaran baru konflik bisa lebih merusak, apalagi di tengah ketidakpastian ekonomi global yang terus berlangsung.

Bagi Uni Eropa, tantangannya bersifat strategis.

Jika membalas dengan terlalu keras, risiko spiral menuju perang dagang besar-besaran yang merugikan eksportir Eropa—terutama raksasa otomotif seperti Volkswagen, BMW, dan Stellantis—jadi semakin nyata.

Namun jika terlalu menahan diri, Eropa bisa tampak lemah di mata Washington maupun mitra dagang lainnya.

Pejabat di Brussels memastikan bahwa langkah-langkah balasan telah disiapkan dan telah melalui tinjauan hukum.

Seorang pejabat perdagangan UE menyebut bahwa balasan tersebut “terukur, proporsional, dan dirancang untuk menjaga integritas sistem perdagangan multilateral.”

Tarif balasan UE kemungkinan akan menyasar produk-produk ikonik Amerika seperti wiski bourbon, sepeda motor Harley-Davidson, produk denim, serta hasil pertanian seperti kacang tanah dan cranberry.

Produk-produk tersebut sebelumnya juga pernah jadi sasaran tarif balasan UE saat perang dagang pertama Trump, dipilih karena nilai simbolis dan pengaruh politiknya di negara bagian penting AS.

Faktor China dan taruhan politik meningkat

Pertemuan Dewan Urusan Luar Negeri UE hari Senin tidak hanya akan membahas ketegangan transatlantik.

Hubungan dagang Eropa–China yang semakin kompleks juga menjadi agenda utama, di tengah isu akses pasar, hak asasi manusia, dan tuduhan pemaksaan ekonomi.

Karena ranah ekonomi dan geopolitik kini saling terkait erat, para pakar Eropa menilai bahwa China akan mengamati dengan seksama bagaimana UE merespons tarif baru Trump.

Beberapa pembuat kebijakan di Eropa khawatir, jika Uni Eropa terlihat terlalu lunak terhadap tarif Trump, China bisa mengartikan hal itu sebagai kelemahan—yang bisa memperumit upaya Eropa menekan kebijakan industri dan subsidi China.

Ancaman tarif tersebut juga menimbulkan keresahan di kalangan industri Eropa yang telah terpukul oleh inflasi, gangguan rantai pasok, serta dampak ekonomi lanjutan dari pandemi Covid dan perang Ukraina.

Asosiasi Produsen Mobil Eropa (ACEA) memberikan peringatan keras pekan ini. “Tarif 25 persen terhadap ekspor kendaraan UE ke AS akan merugikan industri kami hingga miliaran euro dan mengancam ribuan pekerjaan,” demikian pernyataan mereka.

Para produsen baja Eropa juga khawatir akan kehilangan akses ke pasar AS yang menguntungkan, sementara di dalam negeri mereka menghadapi tekanan akibat kelebihan kapasitas.

Konfrontasi ini tidak hanya berdampak ekonomi, tetapi juga membawa konsekuensi politik besar. Para pemimpin Eropa menghadapi pemilih domestik yang semakin skeptis terhadap perjanjian perdagangan global, namun di sisi lain juga enggan memicu ketegangan dengan sekutu penting seperti AS.

Di Jerman, isu ini sangat sensitif mengingat peran vital sektor otomotif dalam ekonomi dan perpolitikan negara tersebut.

Lonjakan tarif bisa berdampak besar terhadap lapangan kerja, ekspor, dan hubungan transatlantik secara keseluruhan.

Sementara itu, Prancis telah menyuarakan sikap yang lebih tegas. Presiden Emmanuel Macron menyatakan di Brussels awal pekan ini bahwa Eropa “harus membela kepentingannya dengan tegas,” namun menekankan perlunya dialog demi menghindari perang dagang total.

Peluang kompromi masih ada

Meski tenggat waktu sudah dekat, para ahli perdagangan mengatakan masih ada ruang untuk manuver. Tim dagang UE dan AS telah melakukan diskusi intensif selama sepekan terakhir, menjajaki opsi pengecualian, keringanan sementara, atau pengurangan tarif bertahap.

Salah satu opsi kompromi yang dibahas adalah pengecualian untuk kendaraan listrik dan teknologi ramah lingkungan, bidang di mana kedua pihak memiliki kepentingan iklim yang sejalan.

Ada pula gagasan tentang kerangka kerja bersama untuk menangani kelebihan kapasitas produksi baja global, terutama untuk menghadapi lonjakan produksi dari China.

Namun waktu hampir habis. Pasar keuangan kini mencermati ketegangan ini dengan kecemasan yang meningkat. Saham-saham Eropa mengalami penurunan pada Jumat, terutama di sektor otomotif dan industri yang terkena dampak kekhawatiran tarif.

Para analis mata uang memperkirakan perang dagang transatlantik bisa melemahkan euro, sementara meningkatkan permintaan atas dolar AS sebagai aset aman.

Di saat yang sama, rantai pasok global masih rentan. Tarif atas suku cadang mobil, baja, dan aluminium bisa meningkatkan biaya produksi di berbagai sektor mulai dari konstruksi hingga teknologi.

Kini perhatian tertuju pada pertemuan penting Dewan Urusan Luar Negeri. Para menteri UE akan berkumpul di Brussels untuk diskusi maraton yang diperkirakan berlangsung tegang, diselingi konferensi bilateral dan jumpa pers bernilai tinggi.

Presidensi Denmark untuk UE dan Komisi Eropa dijadwalkan menggelar konferensi pers bersama pada pukul 12.30 GMT, dengan siaran langsung sudah dijadwalkan di sejumlah jaringan televisi besar Eropa.

Apakah kesepakatan menit terakhir bisa dicapai, atau Eropa memilih langkah balasan, hasil akhirnya bisa menjadi penentu arah hubungan transatlantik selama bertahun-tahun ke depan.

Bagi Uni Eropa, persoalan ini bukan lagi sekadar soal tarif—melainkan soal bagaimana mereka mendefinisikan kemitraannya dengan Amerika dalam dunia yang berubah cepat.

Untuk saat ini, Eropa menunggu—dan bersiap.

SUMBER:TRT World
Lihat sekilas tentang TRT Global. Bagikan umpan balik Anda!
Contact us