India siap menghadapi kemungkinan gangguan pasokan minyak dari Rusia jika sanksi sekunder AS dan sekutunya diberlakukan. Hal ini disampaikan oleh Menteri Perminyakan India, Hardeep Singh Puri.
Menurutnya, New Delhi yakin dapat dengan cepat mengalihkan impor minyak dari sumber alternatif. “Saya sama sekali tidak khawatir. Jika sesuatu terjadi, kami akan mengatasinya,” ujar Puri dalam sebuah acara industri di New Delhi, seperti dikutip oleh Reuters.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan akan memberlakukan sanksi terhadap negara-negara yang terus membeli ekspor Rusia jika Moskow tidak menyetujui gencatan senjata dengan Kyiv dalam waktu 50 hari.
Menteri Perminyakan India menekankan bahwa pasar saat ini sudah menawarkan banyak opsi baru, termasuk Guyana, Brasil, dan Kanada. Ia juga menyebutkan bahwa India telah secara aktif mendiversifikasi sumber pasokannya.
“Kami telah meningkatkan jumlah negara pemasok dari sekitar 27 menjadi 40,” tambah Puri.
Pada paruh pertama tahun 2025, Rusia tetap menjadi pemasok minyak terbesar ke India. Menurut estimasi Reuters, pasokan dari Rusia mencakup sekitar 35% dari total impor India. Pemasok berikutnya adalah Irak, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat.
Pengimpor utama minyak Rusia di India adalah kilang minyak swasta seperti Reliance Industries dan Nayara Energy, yang menyumbang hampir setengah dari total volume impor.
Jika sanksi menyebabkan gangguan pasokan, perusahaan milik negara Indian Oil Corp akan kembali ke model pasokan sebelumnya yang berlaku sebelum perang di Ukraina. Hal ini disampaikan oleh kepala perusahaan tersebut. Pada saat itu, porsi minyak Rusia dalam struktur impor India tidak melebihi 2%.
