Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menyatakan bahwa kesepakatan tarif perdagangan dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dilakukan demi melindungi jutaan pekerja Indonesia dari ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran.
Pernyataan itu disampaikan Prabowo di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada Rabu (16/7), sesaat setelah tiba dari kunjungan kenegaraan selama beberapa pekan ke Arab Saudi, Brasil, dan Eropa. Ia menyebut bahwa keselamatan dan kepentingan para pekerja Indonesia menjadi prioritas utama dalam pengambilan keputusan tersebut.
“Kami sudah menghitung semuanya dengan cermat. Kami tidak bisa mengambil langkah yang hanya berdasarkan politik atau emosi. Kita juga harus mempertimbangkan kepentingan bangsa secara menyeluruh. Yang paling penting bagi saya adalah rakyat saya. Saya harus melindungi para pekerja kita,” ujar Prabowo kepada wartawan.
Kesepakatan tersebut diumumkan beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa Washington telah sepakat menurunkan tarif impor terhadap barang-barang asal Indonesia menjadi 19 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan ancaman tarif 32 persen yang sempat dilontarkan Trump pada April lalu, dan juga lebih baik dari tarif 20 persen yang dikenakan terhadap Vietnam.

Indonesia setujui langkah timbal balik: hapus hambatan dagang, beli produk AS
Sebagai bagian dari kesepakatan itu, pemerintah Indonesia sepakat untuk menghapus sejumlah hambatan perdagangan dan non-perdagangan terhadap produk Amerika Serikat yang masuk ke pasar dalam negeri.
Tak hanya itu, Jakarta juga akan melakukan pembelian besar-besaran atas barang dan jasa dari AS. Termasuk di dalamnya adalah pembelian 50 unit pesawat Boeing, kontrak energi senilai 15 miliar dolar AS, serta impor produk pertanian senilai 4,5 miliar dolar AS.
“Ini adalah proses negosiasi yang panjang dan kompleks. Saya akan terus bernegosiasi untuk mendapatkan hasil terbaik bagi Indonesia. Tapi saya harus jujur, Presiden Trump adalah negosiator yang sangat tangguh,” kata Prabowo.
Pemerintah menilai bahwa langkah kompromi ini perlu diambil untuk menghindari gejolak di sektor industri nasional, terutama yang sangat bergantung pada ekspor ke Amerika Serikat.
Industri padat karya hadapi ancaman serius jika tarif tidak diturunkan
Amerika Serikat merupakan pasar utama bagi ekspor tekstil dan alas kaki Indonesia. Berdasarkan data dari Observatory of Economic Complexity, Indonesia adalah eksportir alas kaki terbesar ketiga ke AS, setelah China dan Vietnam. Setiap kenaikan tarif akan berdampak langsung pada volume ekspor, tingkat produksi, dan ketersediaan lapangan kerja.
Sektor ini dikenal sebagai salah satu sektor padat karya terbesar di Tanah Air, yang menyerap jutaan pekerja dari berbagai daerah. Ancaman tarif yang lebih tinggi dikhawatirkan akan menyebabkan penurunan pesanan dari mitra dagang di AS, yang pada akhirnya dapat memicu penutupan pabrik dan PHK massal.
“Ini bukan sekadar angka dalam neraca perdagangan. Ini tentang nasib jutaan keluarga Indonesia yang bekerja di sektor manufaktur,” ungkap seorang pejabat Kementerian Perindustrian yang enggan disebutkan namanya.
Melalui kesepakatan tarif baru ini, pemerintah berharap bisa memberikan kepastian usaha bagi pelaku industri nasional, menjaga daya saing ekspor, dan memastikan roda perekonomian terus berputar di tengah ketidakpastian global.
Langkah ini sekaligus menjadi sinyal bahwa Indonesia bersedia berperan aktif dalam menjaga stabilitas perdagangan internasional, tanpa mengorbankan kepentingan dalam negeri, khususnya para pekerja yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional.