Hanya 1,5 persen lahan pertanian di Gaza yang masih dapat diakses dan tidak rusak—kurang dari satu mil persegi—menurut survei satelit terbaru yang dirilis oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), yang memperingatkan bahwa wilayah Palestina tersebut berada di ambang kelaparan “skala penuh”.
Dalam survei sebelumnya yang dipublikasikan pada akhir Mei, FAO menunjukkan bahwa kurang dari lima persen lahan pertanian Gaza masih dapat diakses dan tidak mengalami kerusakan, berdasarkan data dari Pusat Satelit PBB.
Survei terbaru, tertanggal 28 Juli, mencatat bahwa 8,6 persen lahan pertanian di Gaza masih bisa diakses, namun hanya 1,5 persen—atau sekitar 2,3 kilometer persegi—yang benar-benar bisa diakses dan digunakan.
Sebanyak 12,4 persen lahan pertanian lainnya diketahui tidak rusak, namun tidak dapat diakses.
Mayoritas besar lahan pertanian Gaza, yakni 86,1 persen, mengalami kerusakan, menurut hasil survei tersebut.
“Warga kelaparan bukan karena makanan tidak tersedia, tetapi karena akses diblokir, sistem pangan lokal runtuh, dan keluarga-keluarga tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan hidup dasar mereka,” ujar Direktur Jenderal FAO, QU Dongyu.
Qu menyerukan akses kemanusiaan yang aman dan berkelanjutan untuk memulihkan produksi pangan lokal dan mencegah korban jiwa lebih lanjut.
“Hak atas pangan adalah hak asasi manusia yang mendasar,” tambahnya.
Sebelum konflik antara Israel dan Gaza, sektor pertanian menyumbang sekitar 10 persen dari perekonomian Gaza.
FAO memperkirakan bahwa lebih dari 560.000 orang—sekitar seperempat dari total populasi—bergantung, setidaknya sebagian, pada sektor pertanian dan perikanan untuk bertahan hidup.