BISNIS DAN TEKNOLOGI
3 menit membaca
CEO Intel Tan sebut sedang berdialog dengan pemerintah AS usai Trump desak pengunduran dirinya
Veteran industri teknologi kelahiran Malaysia membantah tuduhan memiliki hubungan dengan perusahaan China, menyebut banyak informasi keliru yang beredar soal peran-peran masa lalunya.
CEO Intel Tan sebut sedang berdialog dengan pemerintah AS usai Trump desak pengunduran dirinya
Lip-Bu Tan menjabat sebagai CEO Intel pada bulan Maret tahun ini. / AP
4 jam yang lalu

CEO Intel, Lip-Bu Tan, pada Kamis mengatakan bahwa pihaknya tengah berdialog dengan pemerintahan Amerika Serikat untuk mengklarifikasi kekhawatiran yang ada dan memastikan informasi yang akurat disampaikan, setelah Presiden Donald Trump menuntut pengunduran dirinya secara langsung pada hari yang sama.

Trump menyebut Tan sebagai sosok yang “sangat memiliki konflik kepentingan” karena dugaan hubungan dengan perusahaan-perusahaan China, sehingga menimbulkan keraguan terhadap rencana penyelamatan Intel, perusahaan chip yang tengah kesulitan.

“CEO dari INTEL sangat memiliki KONFLIK dan harus mengundurkan diri, segera. Tidak ada solusi lain untuk masalah ini,” tulis Trump di platform miliknya, Truth Social, sehari setelah Senator Tom Cotton menyatakan bahwa ia telah mengirim surat kepada Intel yang mempertanyakan hubungan Tan dengan perusahaan-perusahaan di China.

Dalam pernyataan yang dirilis pada Kamis, Tan menyebut bahwa perusahaan “sedang berdialog dengan pemerintahan Trump untuk menanggapi kekhawatiran yang disampaikan dan memastikan para pejabat memiliki fakta yang sebenarnya.”

Intel dikenal sebagai salah satu perusahaan paling ikonik di Silicon Valley, namun belakangan ini kiprahnya tergeser oleh raksasa Asia seperti TSMC dan Samsung yang mendominasi bisnis semikonduktor berbasis pesanan.

Dalam surat yang diunggah di situs resminya, Senator Cotton menuduh Tan mengendalikan puluhan perusahaan China dan memiliki saham di ratusan perusahaan manufaktur dan chip canggih di negara tersebut.

“Setidaknya delapan dari perusahaan itu dilaporkan memiliki keterkaitan dengan Tentara Pembebasan Rakyat China,” tulis Cotton.

Senator dari Partai Republik itu juga menyoroti peran Tan sebagai mantan pimpinan Cadence Design Systems, yang menurutnya baru-baru ini “mengaku bersalah karena menjual produknya secara ilegal kepada universitas militer China.”

Cotton menambahkan bahwa saat menjabat di posisi tersebut, Tan diduga mentransfer “teknologi perusahaan ke perusahaan semikonduktor China yang berafiliasi tanpa mengantongi lisensi.”

Menanggapi hal tersebut, Tan dalam pernyataannya mengatakan bahwa “banyak informasi keliru yang beredar” mengenai peran-peran masa lalunya di Walden International dan Cadence Design Systems.

“Saya ingin menyampaikan dengan sangat jelas: Selama lebih dari 40 tahun saya berkarier di industri ini, saya telah membangun hubungan di seluruh dunia dan di berbagai ekosistem yang beragam,” ujar Tan.

“Dan saya selalu bekerja sesuai dengan standar hukum dan etika yang tertinggi.”

Ia menekankan bahwa Amerika Serikat telah menjadi rumahnya selama lebih dari empat dekade dan bahwa ia “sangat berterima kasih atas semua kesempatan yang telah diberikan negara ini.”

Tan juga menyatakan bahwa dirinya sepenuhnya sejalan dengan komitmen Trump untuk “memajukan keamanan nasional dan ekonomi AS” serta bangga memimpin perusahaan yang “sangat penting bagi tujuan tersebut.”

Veteran industri teknologi itu mulai menjabat sebagai CEO Intel pada Maret lalu, mengambil alih perusahaan yang tengah menghadapi masa sulit, di tengah ketidakpastian pasar akibat tarif dan pembatasan ekspor dari Gedung Putih.

Ia sebelumnya pernah mengatakan bahwa mengatasi tantangan yang dihadapi Intel “tidak akan mudah.”

Perusahaan juga dibuat terkejut oleh kemunculan Nvidia sebagai penyedia chip AI terkemuka di dunia.

Intel selama ini fokus pada chip untuk proses komputasi tradisional — segmen yang kini perlahan-lahan mulai tersisih oleh revolusi kecerdasan buatan.

SUMBER:Reuters
Lihat sekilas tentang TRT Global. Bagikan umpan balik Anda!
Contact us