BISNIS DAN TEKNOLOGI
3 menit membaca
Tarif Trump hantam ekspor pakaian India, pembeli AS minta relokasi produksi
Tarif tinggi dari AS picu krisis bagi produsen pakaian India saat pembeli Amerika menghentikan pesanan atau desak pindah produksi ke luar negeri.
Tarif Trump hantam ekspor pakaian India, pembeli AS minta relokasi produksi
Karyawan menjahit pakaian di pabrik garmen di New Delhi. [Arsip] / Reuters
4 jam yang lalu

Industri pakaian India tengah terguncang setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberlakukan tarif tinggi terhadap ekspor pakaian dari India, memicu kepanikan di kalangan pembeli AS dan mendorong produsen untuk segera memindahkan produksi ke luar negeri.

Pearl Global, pemasok merek-merek besar Amerika seperti Gap dan Kohl’s, mengaku telah dibanjiri telepon dari klien yang meminta mereka menyerap biaya tambahan akibat tarif baru atau memindahkan produksi ke negara lain.

“Semua pelanggan sudah menghubungi saya. Mereka ingin kami pindah dari India ke negara lain,” ujar Direktur Utama Pearl Global, Pallab Banerjee, kepada Reuters.

Pearl sendiri memiliki pabrik di Bangladesh, Indonesia, Vietnam, dan Guatemala.

Saat ini, India menghadapi tarif 50 persen untuk ekspor pakaian ke AS — 25 persen diberlakukan pekan lalu dan 25 persen lagi akan mulai berlaku pada 28 Agustus. Pemerintah India menyebut langkah ini sebagai sesuatu yang “sangat disayangkan.”

Sebagai perbandingan, pusat produksi pakaian pesaing seperti Bangladesh dan Vietnam hanya dikenakan tarif 20 persen, sementara China 30 persen.

Peningkatan tarif — yang sebagian ditujukan kepada India karena tetap membeli minyak dari Rusia — menjadi pukulan balik tajam dari harapan sebelumnya bahwa India akan diuntungkan dari relokasi rantai pasok AS.

Kini, beberapa klien Amerika menunda pesanan, sementara lainnya mendesak agar produksi dipindah ke negara dengan tarif lebih rendah.

‘Industri dalam kondisi lesu’

RichaCo Exports telah mengirim pakaian senilai 111 juta dolar AS ke pasar Amerika tahun ini, menurut data kepabeanan, dengan klien seperti J. Crew Group.

Seluruh produksi berasal dari lebih dari dua lusin pabrik mereka di seluruh India.

Sekitar 95 persen pendapatan tahunan perusahaan di India berasal dari pasar Amerika, ungkap Manajer Umum Dinesh Raheja.

“Kami sedang menjajaki kemungkinan membuka basis produksi di Kathmandu (ibu kota Nepal),” katanya. “Industri sedang dalam kondisi lesu.”

Awal pekan ini, produsen perhiasan dan jam terbesar India, Titan, mengatakan kepada Reuters bahwa mereka mempertimbangkan memindahkan sebagian produksi ke Timur Tengah demi mempertahankan akses ke pasar AS dengan tarif rendah.

Amit Agarwal, Kepala Keuangan produsen pakaian besar India Raymond, menyatakan harapannya tertumpu pada satu-satunya pabrik mereka di Ethiopia — yang hanya dikenai tarif 10 persen oleh AS, dan bisa menambah lini produksi dalam waktu tiga bulan untuk memenuhi permintaan klien Amerika.

Amerika Serikat merupakan pasar ekspor pakaian terbesar bagi India.

Banyak eksportir khawatir tarif ini dapat menggagalkan ambisi India menjadi pusat manufaktur global seperti yang diusung dalam inisiatif “Make in India” oleh Perdana Menteri Narendra Modi.

Kepanikan di pusat industri garmen India

Kota Tiruppur di India selatan, yang dikenal sebagai ibu kota rajutan negara dan menyumbang hampir sepertiga ekspor pakaian India, sebelumnya optimistis soal masa depan. Namun kini, suasana berubah menjadi penuh kepanikan.

Beberapa pabrik di Tiruppur diminta klien untuk menunda pesanan, sementara sebagian lainnya berencana mengirim barang sebanyak mungkin sebelum tarif 50 persen diberlakukan sepenuhnya, ungkap Naveen Micheal John, Direktur Eksekutif Cotton Blossom India.

“Seorang importir yang sudah memesan pakaian dalam kini mengatakan, kalau benangnya belum dibeli, tolong tahan dulu,” ujarnya.

Beberapa produk pakaian dari Tiruppur dijual ke pembeli AS dengan harga serendah 1 dolar, sementara kaus pria atau wanita dibanderol antara 3,5 hingga 5 dolar — yang kini terancam dikenai tarif 50 persen, kata N. Thirukkumaran, Sekretaris Jenderal Asosiasi Eksportir Tiruppur.

SUMBER:Reuters
Lihat sekilas tentang TRT Global. Bagikan umpan balik Anda!
Contact us