Beberapa SPBU Shell dan BP di Jakarta mengalami kelangkaan bahan bakar selama beberapa pekan terakhir, dengan beberapa lokasi menangguhkan penjualan produk utama mereka. Kelangkaan ini menyoroti tekanan pasokan di distributor bahan bakar swasta seiring kuota impor terbatas.
Shell Indonesia menyatakan bensin tidak tersedia di sejumlah SPBU hingga pemberitahuan lebih lanjut, sementara layanan lain seperti Shell V-Power Diesel, Shell Select, Shell Recharge, dan workshop tetap beroperasi. Presiden Direktur Shell Indonesia, Ingrid Siburian, mengonfirmasi beberapa stasiun kehabisan jenis bahan bakar tertentu dan mengatakan pihaknya tengah berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk memulihkan pasokan.
BP-AKR juga mengalami kekurangan stok sporadis. Vanda Laura, Presiden Direktur PT Aneka Petroindo Raya yang mengoperasikan SPBU BP, menyebut beberapa outlet menghadapi kelangkaan BP Ultimate dan BP 92. Pihaknya aktif mengoptimalkan distribusi, mencari pasokan domestik alternatif, dan menyiapkan skenario operasional agar layanan tetap tersedia.
Menanggapi kelangkaan ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia, mengatakan distributor swasta sebaiknya memanfaatkan pasokan domestik melalui kerja sama business-to-business (B2B) dengan Pertamina, ketimbang meminta kuota impor tambahan. “Tidak ada kekurangan di tingkat nasional. Jika perusahaan meminta lebih, pasokan domestik masih tersedia, sehingga mereka bisa bekerja sama dengan stok nasional,” kata Bahlil setelah rapat Kabinet di Istana Negara.
Sejak awal 2025, kuota impor bahan bakar distributor swasta telah dinaikkan 10 persen dibanding 2024. Langkah ini seiring upaya pemerintah menyeimbangkan pasokan domestik dengan ketergantungan pada impor, termasuk pembatasan masa berlaku izin impor bahan bakar menjadi enam bulan dengan evaluasi triwulanan. Indonesia mengonsumsi hingga 1,7 juta barel minyak per hari, sementara enam kilang Pertamina hanya memproses sekitar 1,06 juta barel per hari, mencukupi 60 persen kebutuhan domestik.
Sebelumnya, permintaan tinggi terhadap distributor swasta seperti Shell muncul setelah publik marah akibat skandal penyelewengan bahan bakar dan impor ilegal di Pertamina, mendorong sebagian konsumen beralih ke merek swasta yang lebih mahal namun terjamin kualitasnya.