DUNIA
3 menit membaca
Ethiopia resmikan bendungan terbesar di Afrika senilai $4,5 miliar
Proyek Sungai Biru dipuji sebagai tonggak nasional bagi Ethiopia, namun menuai penolakan dari Mesir dan Sudan.
Ethiopia resmikan bendungan terbesar di Afrika senilai $4,5 miliar
Dimulai pada tahun 2011 di bawah PM Meles Zenawi, bendungan Biru Nil Ethiopia bertujuan menghasilkan 5.150 MW untuk mengurangi kekurangan daya dan meningkatkan ekspor. / Reuters
10 jam yang lalu

Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, pada Selasa meresmikan Bendungan Renaissance Ethiopia Raya (GERD) senilai 4,5 miliar dolar, proyek tenaga hidro terbesar di Afrika, dalam sebuah upacara yang dihadiri para pemimpin regional dan pejabat asing.

Diluncurkan pada 2011 di era Perdana Menteri Meles Zenawi, proyek di Sungai Biru ini dirancang untuk menghasilkan 5.150 megawatt listrik, guna mengatasi krisis pasokan kronis sekaligus memperluas ekspor energi.

Meski dipuji sebagai proyek yang sepenuhnya didanai lokal, Mesir dan Sudan sejak lama menyuarakan kekhawatiran atas dampaknya terhadap keamanan air mereka.

Ethiopia menegaskan bendungan ini merupakan simbol persatuan nasional sekaligus langkah menuju kerja sama regional, yang juga akan memberi manfaat besar bagi negara-negara hilir.

Bagi Ethiopia, GERD adalah proyek berskala historis dan simbol pemersatu yang langka di tengah konflik internal yang masih berlangsung.

Menjulang setinggi 145 meter dan membentang hampir dua kilometer di atas Sungai Biru dekat perbatasan Sudan, megaproyek senilai 4 miliar dolar ini dirancang untuk menampung 74 miliar meter kubik air dan menghasilkan 5.000 megawatt listrik — lebih dari dua kali lipat kapasitas listrik Ethiopia saat ini.

‘Kebangkitan geopolitik’

Perayaan dimulai pada Senin malam dengan pertunjukan spektakuler lampion, laser, dan drone yang menuliskan slogan seperti “kebangkitan geopolitik” dan “lompatan menuju masa depan”. Abiy Ahmed menyaksikan langsung acara itu, menegaskan proyek ini sebagai pilar utama pemerintahannya.

Sekitar 45 persen dari 130 juta penduduk Ethiopia masih belum memiliki akses listrik, menurut data World Bank. Sementara itu, pemadaman listrik yang kerap terjadi di Addis Ababa memaksa rumah tangga dan bisnis mengandalkan generator.

Analis menilai GERD, yang sudah dibangun sejak 2011, berpotensi mentransformasi ekonomi Ethiopia, meningkatkan produksi industri, mendorong peralihan ke kendaraan listrik, serta memasok energi ke negara tetangga yang haus daya melalui jaringan interkoneksi regional hingga Tanzania.

‘Ancaman eksistensial’

Mesir, yang bergantung pada Sungai Nil untuk 97 persen kebutuhan airnya, memandang bendungan ini sebagai bencana yang mengancam keberlangsungan hidup.

Dengan populasi 110 juta jiwa dan curah hujan yang minim, ketergantungan Mesir pada sungai itu bersifat mutlak.

Presiden Abdel Fattah el-Sisi berulang kali menyebut bendungan sebagai “ancaman eksistensial” dan berjanji Mesir akan mengambil segala langkah berdasarkan hukum internasional untuk melindungi keamanan airnya.

“Siapa pun yang berpikir Mesir akan menutup mata terhadap hak airnya, jelas keliru,” ujarnya kepada wartawan bulan lalu.

Ketegangan ini semakin mempertajam rivalitas regional. Mesir mempererat hubungan dengan Eritrea dan Somalia — dua negara yang juga memiliki hubungan tegang dengan Ethiopia — serta menjalin koordinasi erat dengan Sudan yang turut khawatir akan berkurangnya aliran air.

Upaya mediasi yang melibatkan AS, World Bank, Rusia, Uni Emirat Arab, dan Uni Afrika telah berulang kali gagal dalam satu dekade terakhir.

SUMBER:AA, AFP
Lihat sekilas tentang TRT Global. Bagikan umpan balik Anda!
Contact us