Paus Leo berencana mengunjungi Lebanon, demikian diumumkan pejabat Katolik senior negara itu pada Rabu (21/8). Jika terlaksana, kunjungan tersebut akan menjadi perjalanan pertama di luar Italia bagi pemimpin baru Gereja Katolik dunia.
Paus akan melakukan perjalanan ke Lebanon “pada Desember,” ujar Kardinal Bechara Boutros al-Rahi kepada saluran televisi al-Arabiya.
Rahi, pemimpin Gereja Katolik Maronit yang memiliki 3,5 juta anggota, tidak menyebutkan tanggal pasti kunjungan, namun menegaskan bahwa “persiapan sudah berjalan”.
Seorang pejabat Lebanon yang mengetahui rencana tersebut membenarkan bahwa diskusi tengah berlangsung mengenai kemungkinan kunjungan di akhir tahun, meski tanggalnya belum ditentukan.
Juru bicara Vatikan belum memberikan komentar atas pernyataan Rahi.
Namun, seorang pejabat Vatikan yang enggan disebut namanya membenarkan bahwa perjalanan itu sedang direncanakan, dan menyebut kunjungan tersebut bisa menjadi bagian dari tur yang juga mencakup perhentian di Turkiye.
Perjalanan ke luar negeri telah menjadi tradisi penting dalam kepausan modern. Para paus memanfaatkan kunjungan tersebut untuk bertemu umat Katolik setempat, menyebarkan iman, sekaligus menjalankan diplomasi internasional. Tak jarang, kunjungan mereka menarik jutaan orang.
Leo, paus Amerika pertama, terpilih pada 8 Mei lalu oleh para kardinal dunia untuk menggantikan mendiang Paus Fransiskus. Fransiskus sebelumnya merencanakan kunjungan ke Lebanon, tetapi batal karena alasan kesehatan.
Dalam 12 tahun masa kepemimpinannya, Fransiskus telah melakukan 47 kunjungan luar negeri ke 68 negara. Ia menjadikan kebijakan mengunjungi negara-negara yang jarang menjadi sorotan internasional sebagai cara untuk menampilkan persoalan di apa yang disebutnya sebagai “pinggiran” dunia.
Pesan untuk Israel?
Leo berulang kali menyerukan perdamaian di Timur Tengah dan penghentian perang di Gaza, termasuk dalam audiensi umum hari Rabu. Ia juga menyerukan agar umat Kristen, Yahudi, dan Muslim dapat hidup berdampingan dalam damai.
“Lebanon adalah tempat terdekat dengan tragedi di Gaza, sekaligus dengan keseluruhan konflik Israel-Palestina,” kata Marco Politi, analis Vatikan yang berbasis di Roma, dikutip The Washington Post.
Menurut data Vatikan, Lebanon menjadi rumah bagi lebih dari dua juta umat Katolik.
Politi menilai kunjungan tersebut bisa menjadi “cara untuk menyoroti persoalan tanpa harus terlibat langsung dalam konfrontasi dengan Israel,” tulis The Washington Post.
“Saya yakin bahwa jika kita sependapat, bebas dari ideologi dan kepentingan politik, kita bisa efektif mengatakan ‘tidak’ pada perang dan ‘ya’ pada perdamaian,” ujar Paus Leo pada Mei lalu.
Dalam pesannya kepada Lebanon awal bulan ini, Leo mengenang lima tahun peristiwa ledakan kimia di pelabuhan Beirut yang menewaskan 200 orang dan menyebabkan kerugian bernilai miliaran dolar.
“Lebanon yang terkasih dan penuh penderitaan tetap berada di pusat doa kami,” kata Paus.
Leo juga dijadwalkan mengunjungi Turkiye pada akhir November, sebagai bagian dari perayaan 1.700 tahun Konsili Gereja awal yang berlangsung di Nicea, kini bernama Iznik.