Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, memuji peran signifikan Turkiye dalam negosiasi pembicaraan damai di Istanbul untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina, dengan menyebut Presiden Turkiye, Recep Tayyip Erdogan, sebagai "pemimpin luar biasa di dalam NATO dan sangat dihormati oleh rekan dan mitranya"
"Saya pikir ada peluang besar minggu ini, tetapi juga dalam 10 hari hingga dua minggu ke depan, untuk benar-benar membawa isu Ukraina ke tempat yang lebih baik. Di bawah kepemimpinan, tentu saja, Presiden (Volodymyr) Zelenskyy, tetapi juga sangat diarahkan oleh pemerintah Amerika Serikat. Dan Turkiye memainkan peran besar di sini," kata Rutte pada hari Rabu, merujuk pada pembicaraan damai di Istanbul.
Terkait penjualan Eurofighter ke Turkiye, Rutte mengatakan: "Saya mendorong agar tidak ada pembatasan penjualan senjata oleh satu sekutu kepada sekutu lainnya. Hal ini tidak seharusnya terjadi di dalam aliansi."
Ia juga menekankan pentingnya industri pertahanan Turkiye bagi NATO, dengan mengatakan: "Industri pertahanan Turkiye sangat penting bagi aliansi secara keseluruhan."
"Sebagai contoh, di Texas, ada pabrik-pabrik yang memproduksi amunisi. Mereka tidak akan bisa melakukannya tanpa kerja sama erat dengan perusahaan-perusahaan di Turkiye. Ini hanyalah salah satu dari banyak contoh," tambahnya.
Kepala NATO dan para menteri luar negeri berkumpul di Antalya, Turkiye, untuk pertemuan informal dua hari (NATO iFMM) yang diselenggarakan oleh Menteri Luar Negeri Turkiye, Hakan Fidan.
Pertemuan ini akan menjadi platform untuk konsultasi tambahan menjelang KTT pemimpin NATO yang dijadwalkan berlangsung di Den Haag pada 24-25 Juni, menurut sumber diplomatik.
Minggu penuh diplomasi
Hari Kamis ini bisa menjadi momen penting dalam upaya global untuk menghentikan perang Rusia-Ukraina karena para pemimpin mereka diharapkan mengadakan pembicaraan langsung di kota Istanbul, Turkiye.
Pertemuan yang berpotensi bersejarah ini merupakan tahap negosiasi paling maju sejak kedua pihak dipertemukan pada Maret 2022 oleh mediator yang sama, Turkiye, yang mencerminkan tingkat kepercayaan yang dimiliki Ankara baik oleh Rusia maupun Ukraina.
Kali ini, Presiden Rusia Vladimir Putin yang mengusulkan pertemuan di Turkiye, mengumumkannya dalam konferensi pers hari Minggu saat ia menanggapi tuntutan Ukraina dan negara-negara Eropa untuk gencatan senjata tanpa syarat selama 30 hari.
Presiden Turkiye Erdogan mengonfirmasi kesiapan Ankara untuk menjadi tuan rumah diskusi tersebut dalam panggilan telepon dengan Putin pada hari yang sama, diikuti oleh Presiden AS Donald Trump yang mendesak pemimpin Ukraina Zelenskyy untuk "segera" menerima usulan Rusia untuk pembicaraan langsung.

Pemain Sentral
Dalam waktu hanya seminggu, Turkiye telah menjadi pemain sentral dalam beberapa krisis geopolitik signifikan dari Eropa, Timur Tengah hingga Afrika Utara.
Melalui diplomasi, pengaruh militer, atau upaya mediasi, Erdogan memastikan bahwa Turkiye memainkan peran penting dalam percakapan tentang perdamaian, konflik, dan stabilitas global.
Meskipun menghadapi tantangan yang sedang berlangsung, perkembangan minggu ini menyoroti pergeseran kebijakan luar negeri Ankara — yang ditandai dengan otonomi strategis, ketegasan regional, dan kehadiran global yang lebih aktif.
Seiring Erdogan memperkuat pengaruhnya di berbagai arena, Turkiye semakin menegaskan dirinya sebagai kekuatan menengah yang sedang naik dengan dampak internasional.