DUNIA
3 menit membaca
Kejahatan kebencian Islamofobia dan anti-Palestina di Kanada melonjak 1.800% sejak 7 Oktober
Sebuah laporan berjudul "Documenting the 'Palestine Exception'" menyebut lonjakan tajam ini hanya mewakili sebagian kecil dari kenyataan yang dihadapi komunitas terdampak di Kanada.
Kejahatan kebencian Islamofobia dan anti-Palestina di Kanada melonjak 1.800% sejak 7 Oktober
NCCM melaporkan peningkatan kasus Islamofobia sebesar 1.300 persen pada bulan setelah 7 Oktober, meningkat menjadi 1.800 persen sepanjang tahun. / Reuters Archive
6 jam yang lalu

Sebuah laporan baru memperingatkan lonjakan mencemaskan dalam insiden kebencian di seluruh Kanada sejak dimulainya perang genosida Israel di Gaza pada 7 Oktober 2023, dengan kejahatan bermotif Islamofobia dan kebencian terhadap Palestina meningkat hingga 1.800 persen di beberapa wilayah.

Laporan yang dirilis pada Rabu pagi ini berjudul Documenting the 'Palestine Exception', ditulis oleh Nadia Hasan dari Islamophobia Research Hub Universitas York. Laporan ini mengungkap peningkatan yang disebut sebagai “tajam dan berbahaya” dalam Islamofobia, rasisme anti-Palestina (anti-Palestinian racism/APR), dan rasisme anti-Arab (AAR) selama 21 bulan terakhir.

"Pasca Oktober 2023, Kanada mengalami lonjakan rasisme terhadap Palestina, Islamofobia, dan rasisme anti-Arab yang memengaruhi banyak aspek kehidupan dan pekerjaan warga Kanada," ujar Hasan dalam konferensi pers di Ottawa.

Berdasarkan konsultasi dengan 16 organisasi Kanada, data publik, serta laporan media, laporan ini mencatat bahwa Kepolisian Toronto mencatat lonjakan kejahatan kebencian terhadap Palestina dan Islamofobia sebesar 1.600 persen dalam periode 7 Oktober hingga 20 November 2023 dibandingkan tahun sebelumnya.

Menurut Statistics Canada, sepanjang tahun 2023 terjadi peningkatan 94 persen dalam kejahatan kebencian terhadap Muslim dan lonjakan 52 persen terhadap warga Arab dan Asia Barat.

National Council of Canadian Muslims (NCCM) melaporkan kenaikan kasus Islamofobia sebesar 1.300 persen hanya dalam sebulan setelah 7 Oktober, yang meningkat menjadi 1.800 persen sepanjang tahun.

Sementara itu, Muslim Legal Support Centre (MLSC) mendokumentasikan 474 pengaduan pelanggaran hak asasi manusia antara Oktober 2023 dan Maret 2024, termasuk 345 kasus individu yang kehilangan pekerjaan atau diberhentikan sementara karena menunjukkan dukungan terhadap Palestina. Legal Centre for Palestine melaporkan peningkatan 600 persen dalam kasus APR selama delapan bulan.

Hanya sebagian dari kenyataan

Hasan menekankan bahwa laporan ini hanya menangkap sebagian kecil dari kenyataan yang dihadapi komunitas terdampak. "Informasi dalam laporan ini didasarkan pada wawancara dengan organisasi-organisasi tersebut, data internal yang mereka sampaikan, data publik, serta laporan media dari Oktober 2023 hingga November 2024," ujarnya.

Amira Elghawaby, Special Representative on Combating Islamophobia dari Kanada, memperingatkan bahwa temuan dalam laporan ini menuntut respons segera.

“Kita menyaksikannya dalam bentuk penyensoran dan pembungkaman terhadap warga Kanada yang membela hak-hak rakyat Palestina—dengan konsekuensi nyata terhadap penghidupan dan masa depan mereka,” tegasnya.

Ia juga menyampaikan bahwa insiden serupa terus terjadi setiap hari di seluruh Kanada dan mendesak agar hal ini segera diatasi. "Narasi-narasi lama yang sempat mencuat pasca 9/11 kini muncul kembali, diperkuat oleh kelompok sayap kanan dan digunakan untuk mendiskreditkan komunitas kami—terutama warga Palestina-Muslim dan Arab-Kanada,” tambahnya.

Laporan ini menyerukan agar definisi resmi tentang rasisme anti-Palestina segera diadopsi, disertai peningkatan akuntabilitas atas kejahatan bermotif kebencian, serta investigasi independen terkait respons institusi pendidikan dan lembaga publik terhadap ancaman-ancaman ini.

"Di luar sekadar dokumentasi, yang memberi gambaran atas pengalaman hidup komunitas terdampak, organisasi-organisasi yang kami libatkan menekankan pentingnya pengembangan kebijakan inklusif berbasis hak asasi manusia lintas disiplin, guna menjawab apa yang disebut banyak pihak sebagai ‘pengecualian terhadap Palestina’," demikian tertulis dalam laporan tersebut.

SUMBER:TRT World & Agencies
Lihat sekilas tentang TRT Global. Bagikan umpan balik Anda!
Contact us