Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengumumkan bahwa distributor besar Arab Saudi, Mohammed Bawazir for Trading Co., Ltd (MBT), telah menandatangani Letter of Intent (LoI) senilai $60 juta (atau sekitar Rp975,85 miliar) untuk mengimpor berbagai produk makanan olahan dari Indonesia.
Produk yang diminati antara lain kopi siap minum, biskuit, dan kaleng tuna, dengan kemungkinan meluas ke produk lainnya.
Penandatanganan dilakukan pada Senin, 25 Agustus oleh Direktur Utama MBT, Fawzi Bawazier, dan disaksikan oleh Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag, Fajarini Puntodewi, serta pejabat lain dari Kemendag dan ITPC Jeddah.
“Komitmen $60 juta ini menjadi kabar baik bagi Indonesia, membuktikan bahwa produk kita mampu bersaing di pasar global,” ujar Puntodewi dalam keterangan resmi, dikutip dari Liputan6.
Pemerintah, melalui Kemendag, berencana menyetujui kesepakatan ini dengan sejumlah langkah strategis, termasuk pitching produk oleh pelaku UMKM serta business matching dalam kerangka program UMKM BISA (Berani Inovasi, Siap Adaptasi) Ekspor.
“Kami ingin memastikan LoI ini segera terealisasi dalam bentuk transaksi nyata,” jelas Puntodewi dalam pernyataan resmi kepada media setelah penandatangan Lol tersebut.

MBT sendiri merupakan distributor besar yang telah lama menjadi mitra Indonesia di Arab Saudi, dengan jaringan distribusi produk makanan, minuman, herbal, hingga personal care. Fawzi Bawazier menegaskan keseriusan menyediakan untuk terus memperluas distribusi produk asal Indonesia di pasar Saudi.
“Kami terbuka untuk mendukung perusahaan besar maupun UMKM dari Indonesia. Harapan kami, pelaku usaha tidak hanya fokus pada pasar domestik, tetapi juga berani masuk ke pasar Saudi,” ujarnya.
Berdasarkan data Kemendag, total perdagangan Indonesia–Arab Saudi sepanjang Januari–Juni 2025 mencapai $3,28 miliar. Ekspor Indonesia sebesar $1,70 miliar, meningkat 49,5 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, sementara impor tercatat $1,58 miliar.
Dengan demikian, Indonesia mencatatkan surplus perdagangan senilai $128 juta. Dari angka tersebut, ekspor produk pangan olahan menghasilkan $134 juta, naik 4,03 persen dibandingkan tahun sebelumnya.