Kepala Uni Eropa Ursula von der Leyen dan Presiden Indonesia Prabowo Subianto mengumumkan kesepakatan politik penting pada hari Minggu untuk menyelesaikan perjanjian perdagangan bebas yang telah lama dinantikan. Kesepakatan ini hadir di tengah ketegangan perdagangan global akibat kebijakan proteksionis Amerika Serikat.
Von der Leyen menyatakan bahwa dunia saat ini menghadapi masa penuh ketidakpastian ekonomi dan gejolak geopolitik. “Mitra seperti kita harus semakin erat bekerja sama, dan hari ini kami mengambil langkah besar ke depan,” ujarnya.
Tonggak penting perdagangan dan investasi
Perundingan antara blok Eropa yang terdiri dari 27 negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara itu sudah berlangsung sejak 2016. Kesepakatan politik ini dianggap sebagai tonggak penting dan akan dirampungkan pada September mendatang oleh Kepala Perdagangan UE, Maros Sefcovic, dan Menteri Koordinator Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartarto.
Von der Leyen menjelaskan bahwa perjanjian ini membuka potensi besar dalam hubungan perdagangan kedua pihak. Kesepakatan ini akan membuka pasar baru dan menciptakan peluang di sektor industri, pertanian, otomotif, serta jasa.
Presiden Prabowo menyebut pengumuman ini sebagai terobosan setelah 10 tahun negosiasi. Ia menegaskan bahwa Eropa tetap menjadi mitra penting bagi Indonesia, meskipun Amerika Serikat akan selalu menjadi pemimpin global yang signifikan.
Hubungan perdagangan kedua pihak sempat mengalami ketegangan akibat usulan larangan impor produk terkait deforestasi oleh UE, yang ditunda hingga akhir tahun ini. Saat ini, Uni Eropa adalah mitra dagang kelima terbesar Indonesia dengan nilai perdagangan bilateral mencapai 30,1 miliar dolar AS tahun lalu.