DUNIA
2 menit membaca
Krisis iklim picu lonjakan penyakit akibat nyamuk di Eropa: lembaga kesehatan
Eropa memasuki fase baru di mana “penularan penyakit akibat nyamuk yang lebih panjang, meluas, dan intens menjadi hal normal yang baru,” kata otoritas kesehatan.
Krisis iklim picu lonjakan penyakit akibat nyamuk di Eropa: lembaga kesehatan
Nyamuk yang dapat menyebarkan virus chikungunya, Aedes albopictus, kini telah ditemukan di 16 negara Eropa dan 369 wilayah. / / Reuters
7 jam yang lalu

Eropa mencatat jumlah wabah tertinggi dari penyakit akibat nyamuk seperti chikungunya dan virus West Nile tahun ini, kata badan kesehatan Uni Eropa. Perubahan iklim disebut berkontribusi pada kondisi “normal baru” tersebut.

Benua ini kini mengalami musim penularan penyakit yang lebih lama dan lebih intens, menurut European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC), Rabu.

“Perubahan ini dipicu oleh faktor iklim dan lingkungan seperti meningkatnya suhu, musim panas yang lebih panjang, musim dingin yang lebih hangat, serta pola curah hujan yang berubah—semua itu menciptakan kondisi ideal bagi nyamuk untuk berkembang biak dan menularkan virus,” tulis lembaga tersebut dalam pernyataan resmi.

Lonjakan wabah

Eropa memasuki fase baru di mana “penularan penyakit akibat nyamuk yang lebih panjang, meluas, dan intens menjadi hal normal yang baru,” ujar Direktur ECDC Pamela Rendi-Wagner.

Nyamuk Aedes albopictus, yang bisa menularkan virus chikungunya, kini sudah mapan di 16 negara Eropa dan 369 wilayah—naik drastis dari hanya 114 wilayah satu dekade lalu, menurut ECDC.

Tercatat sudah ada 27 wabah chikungunya sepanjang 2025, sebuah rekor baru bagi benua tersebut.

Untuk pertama kalinya, sebuah kasus penularan lokal dilaporkan di wilayah Alsace, Prancis. “Ini adalah kejadian luar biasa di lintang geografis tersebut, yang menyoroti terus meluasnya risiko penularan ke arah utara,” kata ECDC.

Per 13 Agustus, delapan negara Eropa melaporkan 335 kasus penularan lokal virus West Nile dengan 19 kematian. Italia menjadi negara yang paling terdampak, dengan 274 kasus infeksi.

“Seiring perubahan lanskap penyakit akibat nyamuk, semakin banyak orang di Eropa yang berisiko di masa depan,” kata Celine Gossner, Kepala Bagian penyakit yang ditularkan melalui makanan, air, vektor, serta zoonosis di ECDC.

Menurutnya, pencegahan kini menjadi semakin penting, baik lewat koordinasi tindakan kesehatan masyarakat maupun perlindungan pribadi.

ECDC menyerukan agar masyarakat di daerah terdampak melindungi diri dari gigitan nyamuk dengan menggunakan obat antinyamuk, mengenakan pakaian berlengan panjang dan celana panjang, serta memasang kawat nyamuk di jendela dan menggunakan kelambu.

SUMBER:Reuters
Lihat sekilas tentang TRT Global. Bagikan umpan balik Anda!
Contact us